Label

Rabu, 21 Maret 2012

BABAD KABA-KABA

-->
BERDIRINYA
KERAJAAN KABA – KABA



Arya Belog Pendiri Kerajaan Kaba – kaba
            Diceritakan setelah kemenangan Patih Gajah Mada atas kerajaan Bali Kuna pada tahun 1343M, ditunjuklah Sri Kresna Kepakisan sebagai “Gubernur” Majapahit di Bali. Beliau bergelar Dhalem Samparangan, membangun istananya di desa Samprangan (desa Samplangan sekarang), sebelah Timur tukad Cangkir Gianyar sekarang. Beliau didampingi oleh 11 Arya, masing – masing diberi kedudukan sbb:
1.      Arya Kutawaringin di Gelgel
2.      Arya kenceng di Buwahan / di Pucangan Tabanan
3.      Arya Belog di Kaba-kaba
4.      Arya Dalancang di Kapal
5.      Arya Sentong di Carangsari
6.      Arya Kanuruhan di Tangkas
7.      Arya Punta di Mambal
8.      Arya Jerudeh di Temukti
9.      Arya Tumenggung di Petemon
10. Arya Pemacekan di Bondalem
11. Arya Beleteng di Pacung
Selain itu juga didampingi oleh 3 orang wesya bersaudara: Tan Kober, Tan Kawur, dan Tan Mundur.
Arya Belog salah seorang Mantri kerajaan Dalem Samprangan diberi tempat kedudukan di wilayah Kaba – kaba. Sabda Dalem kepada Arya Belog: “bahwa selain Bhandusa, Naga Banda, dan Wadah Tumpang Solas, berhak engkau pakai dan keturunanmu kelak. Engkau adalah keturunan Ksatrya Kula Dewa Purusa Sapradarane Hyang Paramesti Guru”.
Arya Belog mendirikan kerajaan Kaba – Kaba, beristana di sebelah Selatan Bale Agung, sebelah Timur jalan. Wilayah kekuasaannya meliputi: sebelah Utara sampai batas wilayan Tabanan, sebelah Timur sungai Busak, sebelah Selatan sampai ke laut, dan sebelah Barat desa Pangragoan. Beliau juga membuat Parahyangan Pusering Jagat bernama Pura Gunung Agung. Arya Belog dalam memerintah memakai gurit wesi, artinya sekali berkata tidak dapat diubah. Negara dinyatakan tentram dan sejahtera.
Setelah lama memerintah Arya Belog wafat, dibuatkan Pedharman Batur yang dipuja oleh keturunannya. Upacara pelebonnya memakai wadah kurang dari sebelas tiingkat, sesuai dengan titah Dalem. Arya Belog meninggalkan seorang putera, yang menggantikan kedudukannya bergelar Arya Anglurah Kaba – Kaba.

Arya Anglurah Kaba-Kaba Raja II

            Arya Anglurah Kaba – Kaba sebagai Patih Dalem Hile, sering datang menghadap Dalem. Beliau sering kecewa karena Dalem lebih suka berhias, membuat yang menghadap harus sabar menunggu berlama – lama.
            Setelah beberapa lama memerintah, Anglurah Kaba-Kaba tutup usia, meninggalkan 2 orang putera, yaitu: yang sulung bergelar Anglurah Kaba-kaba, dan adiknya Kyai Buringkit.

Arya Anglurah Kaba-Kaba Raja III
            Arya Anglurah Kaba – Kaba menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Arya Dalem di Kaba-Kaba. Beliau sering datang menghadap dan menunggu di Suweca-pura. Adiknya Kyai Buringkit menjadi raja muda berkedudukan di Jero Ajeng.
            Sewaktu melaksanakan upacara perkawinan, Anglurah Kaba – Kaba menyuruh adiknya Kyai Buringkit mewakili datang menghadap ke Dalem. Dalem menanyakan, mengapa Anglurah Kaba – Kaba tidak datang. Kyai Buringkit menjawab, bahwa kakaknya tidak sempat datang karena sedang melaksanakan upacara perkawinannya dengan I Gusti Ayu Rai, puteri Pangeran Kapal. Mendengar jawaban Kyai Buringkit, Dalem segera memerintahkan agar isterinya Anglurah Kaba – Kaba, I Gusti Ayu Rai segera dibawa ke Suweca-pura.
            I Gusti Ayu Rai segera dihadapkan kepada Dalem. Timbul hasrat Dalem untuk memberikan putera utama kepada Anglurah Kaba – Kaba. Setelah I Gusti Ayu Rai dihamili oleh Dalem, diserahkan kepada Anglurah Kaba – Kaba dengan syarat jangan dicampuri sebelum anak itu lahir, sebab itu benih dari Dalem, kelak akan melahirkan putera utama. Anglurah Kaba – Kaba menjunjung amanat Dalem dan membawa isterinya pulang ke Kaba – Kaba.
Setelah tiba waktunya, lahir putera Dalem. Mendengar berita kelahiran puteranya, Dalem menuju Kaba – Kaba untuk menguji kemurnian benih beliau. Putera itu ditaruh di tanah, di sekitarnya diisi nasi dan ikan. Anjing – anjing dilepas semuanya galak – galak. Ternyata anjing – anjing tersebut tidak berebut, makan tertib dan tidak mengusik sang bayi. Sang bayi juga ditempatkan di atas lubang semut, disekitarnya ditaburi nasi. Semut-semut keluar dari liangnya tetapi berpencar takut pada bayi ini.
Dalem merasa bangga karena benih beliau tidak dicampuri oleh Anglurah Kaba – Kaba. Semenjak itu putera tersebut diberi nama Arya Anglurah Agung Putera Teges. Dalem memberi anugerah: putera ini berhak memakai gapura tiga tutup, memberikan abdi Ki Pasek 5 kelompok, yaitu: Pasek Tangkas, Gelgel, Gaduh, Dahualing, dan Kedangkan.
Diceritakan Arya Anglurah Kaba – Kaba mempunyai putera kandung dari isteri yang lain, diberi nama Kyai Ngurah Keladian. Sementara itu Kyai Buringkit mempunyai putera seorang bernama Kyai Ngurah Buringkit, sama dengan nama ayahnya, tinggal di Jero Ajeng.
            Pada suatu hari Kyai Buringkit melakukan perebutan kekuasaan. Rakyat terbagi – bagi dalam 2 kelompok. Tetapi lebih banyak memihak raja, terutama ke 5 golongan Pasek di atas. Perang terjadi di sebelah Utara Kaba – Kaba. Saat itu Raja sedang beristirahat di Pura Resi. Laskar yang memihak raja sempat terdesak sebelum berhasil dihalau berkat kegigihan Ki Pasek lima.
            Pada tengah hari terdengar suara burung tuwu-tuwu yang nyaring, membangunkan baginda raja, hingga beliau terhindar dari serangan lawan. Semenjak itu beliau bersumpah tidak akan menyakiti dan memakan burung tuwu-tuwu sampai seketurunannya.
Beliau terus menuju ke kediaman Pendeta di Gerya Bayuh. Sampai di halaman Gerya beliau melihat sumur meluap sampai tutupnya terangkat berayun-ayun. Raja begitu melihat laskar lawan datang, segera menyuruh seorang pelayan membuka tutup sumur. Laskar lawan yang melihat tutup sumur tersebut langsung lari bergulung-gulung. Itu sebabnya tempat itu diberi nama dusun Tegal Pegulungan. Tempat Ki Pasek lima mempertaruhkan nyawanya diberi nama dusun Tohjiwa. Raja kemudian mengejar laskar lawan yang lari ke Utara dusun Tegal Pegulungan, sehingga terjadi perang yang sangat ramai. Tempat itu kemudian disebut dusun Perang.
Kyai Buringkit melarikan diri terus ke Utara. Anggota laskarnya banyak yang dibunuh oleh serangan Ki Pasek lima. Itu sebabnya tempat tersebut diberi nama dusun Dekdekan. Mulai saat itu Kyai Buringkit tidak diakui sebagai saudara Anglurah Kaba – Kaba. Kyai Buringkit lalu pindah ke Timur ke desa Nyurang, menetap di sana. Lama – lama desa Nyurang berubah nama menjadi desa Buringkit.

Arya Anglurah Agung Putera Teges Raja IV Kaba – Kaba

            Setelah wafat Arya Anglurah Kaba-Kaba, diganti oleh putera beliau keturunan Dalem, Anglurah Agung Putera Teges. Sebagai raja muda diangkat Kyai Ngurah Keladian. Raja ini juga melaksanakan kebijaksanaan gurit besi, sekali berkata tidak dapat diubah. Negara pada jamannya diberitatan sejahtera.
            Raja IV Kaba-Kaba ini mempunyai seorang putera, diberi nama Arya Anglurah Kaba-Kaba Suda Teges. Sedangkan Kyai Ngurah Keladian mempunyai 5 orang putera dan puteri, yaitu: Kyai Nyambu, Kyai Aseman, dua putri, dan yang sulung bernama Kyai Keladian sama dengan nama ayahnya.
            Pada waktu itu di Suweca-pura, Sri Aji Dalem Ketut Kepakisan wafat tahun 1460 M. Beliau diganti oleh puteranya Sri Aji Dalem Waturenggong. Sri Aji Dalem Waturenggong memerintahkan membuat Pedharman di Besakih untuk para leluhur beliau. Itulah sebabnya ada Pedharman Arya Belog, serta Arya Kaba-Kaba di Besakih sekarang.
            Diceritakan 3 saudara: Kyai Nyambu, Kyai Aseman, dan Kyai Keladian merasakan tidak puas tinggal di Kaba-Kaba karena tidak dapat memerintah, sebab sudah ada putera Dalem. Mereka bertiga berniat keluar kedesa-desa lainnya yang belum ada pemimpinnya. Gagasan Kyai Nyambu ini disetujui oleh ke dua adiknya, sekaligus didengar oleh Anglurah Kaba-Kaba. Ke tiga saudura itu disurutkan martabatnya oleh Anglurah Kaba-Kaba, dijadikan kerabat jauh.
            Mereka bertiga kemudian pergi dari Kaba-Kaba. I Gusti Nyambu ke desa Den Bukit, I Gusti Aseman berdiam di desa Abian Semal, I Gusti Kelaidan menuju Den Bukit tinggal di desa Pumahan.

Arya Anglurah Suddha Teges Raja V Kaba-Kaba

            Arya Anglurah Suda Teges dinobatkan menjadi raja, menggantikan ayahnya. Beliau beristerikan I Gusti Ayu Rai Arsa adik perempuan Kyai Nyambu. Beliau juga mendatangkan seorang Brahmana, Ida Pedanda Mas Timbul, pemberian dari Dalem Segening. Ida Pedanda Mas Timbul diberi tempat di sebelah Pura Gunung Agung, bernama Gerya Kawisunya. Leluhur Ida Pedanda juga dituntun dibuat stana berupa Padma di Pura Gunung Agung Kaba-Kaba.
            Arya Anglurah Suda Teges berputera laki-laki seorang bernama Arya Anglurah Teges. Beliau juga sempat menghamili seorang pelayan bernama Ni Luh Kicen, melahirkan putera astra (tidak sah) bernama I Gusti Gunung, diberi tempat di Jero Gunung.
Setelah beberapa lama memerintah Arya Anglurah Suda Teges wafat. Beliau digantikan oleh puteranya Arya Anglurah Teges.

Arya Anglurah Teges Raja VI Kaba-Kaba

            Pada waktu Arya Anglurah Teges memerintah Kaba-Kaba, yang menjadi Dalem di Suweca-pura adalah Dalem Di Made (Dalem terakhir) tahun 1665 – 1686 M. Dalem memerintahkan Arya Anglurah Teges ke Blambangan bersama Arya Anglurah Tabanan, dan Kyai Pacung untuk menghancurkan pemberontak. Arya Anglurah Teges tewas dalam peperangan di Bambangan, beliau diberi gelar Bhatara Raja Dewata Ring Blambangan.
            Arya Anglurah Teges meninggalkan 3 putera laki-laki, yaitu:  Arya Anglurah Yuda Teges (dari permaisuri), Kyai Ngurah Rai dan Kyai Ngurah Ketut dari isteri lain.

Arya Anglurah Yuda Teges Raja VII Kaba-Kaba

            Arya Anglurah Yuda Teges menggantikan kedudukan ayahnya, didampingi oleh Kyai Ngurah Rai menjadi Punggawa, berkedudukan di Jero Ajeng. Kyai Ngurah Ketut menjadi pucuk pimpinan para prajurit berkedudukan di Jero Oka.
            Kyai Ngurah Rai dan Kyai Ngurah Ketut, kemudian secara bersama-sama melakukan pemberontakan untuk mengambil alih kekuasaan. Berkat dukungan rakyat, usaha kedua pendamping raja ini dapat digagalkan. Raja kemudian menjadikan kedua saudaranya ini sebagai kerabat jauh.
            Semenjak itu raja tidak percaya kepada keluarga, beliau memanggil Ki Pasek Gelgel, sehingga bertambah keluarga Pasek menjadi 7 (tujuh) kelompok di Banjar Pasekan. Kemudian diperintahkan oleh raja, kelompok Pasek pindah agar dekat dengan istana, tinggal di Banjar Buading. Raja juga meminta putera dari I Gusti Gede Bokah yang bernama I Gusti Gatra untuk menjaga Pelinggih Stana Bhatara Ratu Gede Jaksa. Itu sebabnya I Gusti Gatra bertempat tinggal di Dawuh Yeh Kaba-Kaba.
            Arya Anglurah Yuda Teges, setelah tua dan wafat meninggalkan seorang putera bernama Arya Anglurah Gede Sena Teges, yang menggantikan kedudukan ayahnya.

Arya Anglurah Gede Sena Teges Raja VIII Kaba-Kaba

            Arya Anglurah Sena Teges mempunyai 2 putera, yaitu I Gusti Ngurah Gede Teges dan adiknya I Gusti Ngurah Alit dari lain ibu. I Gusti Ngurah Alit rupanya lebih disukai oleh rakyat, menimbulkan kecemburuan kakaknya I Gusti Ngurah Gede Teges.
            Pada suatu hari saat keduanya berburu, I Gusti Ngurah Alit dibunuh oleh kakaknya. Mayatnya dibuang di tengah ilalang, kemudian I Gusti Ngurah Gede Teges pulang ke istana. Ibu I Gusti Ngurah Alit yang bernama Ni Gusti Luh Patilik, dari Tumbak Bayuh menanyakan puteranya. Dijawab oleh I Gusti Ngurah Gede Teges, bahwa adiknya telah mendahului pulang, mungkin mampir di mana.
            Setelah lama tidak datang Ni Gusti Luh Patilik mempunyai firasat yang buruk, ketika melihat anjing kesayangan I Gusti Ngurah Alit berguling-guling dilantai. Ni Gusti Luh Patilik mengikuti kemana anjing itu pergi. Rupanya anjing itu memberi petunjuk tempat mayat I Gusti Ngurah Alit berada. Mayat itupun ditemukan dan dibawa pulang ke istana, diupacarai dengan semestinya. Roh I Gusti Ngurah Alit dibuatkan Pelinggih Meru Tumpang 7, di atas pintu, sebab beliau dibunuh tanpa dosa. Itu sebabnya ada Meru Tumpang 7 di Saren Gede, bernama Ratu Myu di bawahnya ada patung anjing.
            Anglurah Gede Sena Teges, setelah beberapa lama memerintah, beliau wafat di Pesaren Ukiran, bergelar Bhatara Ring Ukiran. Puteranya yang pertama I Gusti Ngurah Gede Teges menggantikan kedudukannya, bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges.






































KABA – KABA BAGIAN DARI
KERAJAAN MENGWI



Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja IX Kaba-Kaba

            Anak Agung Ngurah Gede Teges mempunyai 2 putera, yaitu: yang sulung bernama I Gusti Ngurah Gede, dan adiknya bernama I Gusti Agung Ayu Oka.
            Diceritakan I Gusti Agung Putu Agung, Raja mengwi yang sedang mengalami masa kejayaan bermaksud meluas daerah kekuasaan, menantang Anak Agung Ngurah Gede Teges, untuk mengadu kekuatan. Tantangan ini diterima. Anglurah Gede Teges berangkat ke Mangha-pura beserta 4 isteri beliau, diiringi oleh kerabat dan laskar kerajaan.
            Sesampai di Puri Mngha-pura, disambut hangat oleh raja I Gusti Agung Putu Agung. Dibuat perjanjian siapa yang kalah, akan dijadikan saudara muda, dan daerah kekuasaannya akan menjadi bagian dari kerajaan pemenang. Setelah paham dengan perjanjian itu, keduanya bersiap-siap untuk mulai bertarung. Ketika pertarungan dimulai, salah seorang isteri Anglurah Gede Teges menjerit, mendekap Anglurah Teges seraya memohon pertarungan agar dibatalkan. Isterinya mengetahui Anglurah Teges akan kalah, sebab melihat I Gusti Agung Putu kebal terhadap segala senjata.
Dengan demikian Anglurah Gede Kaba-Kaba menyerah dan meminta agar tetap diberikan memerintah di Kaba-Kaba. Permintaan ini dipenuhi oleh I Gusti Agung Putu, beliau diberikan seorang puteri bernama I Gusti Agung Ayu Oka untuk dijadikan isteri. I Gusti Agung Ayu Oka kemudian sempat menjadi Raja (Ratu) VI Mangha-pura.
Diceritakan I Gusti Alit Mustika yang diperintahkan memperkokoh laskar di Uma Desa Tohjiwa dan  I Gusti Ketut Mel, keduanya merasa tidak puas terhadap akhir dari pertarungan di Mangha-pura. Merasa malu, belum apa-apa sudah menyerah. Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan Kaba-Kaba menuju dan tinggal di desa Bajra, sebab desa Bajra sampai Pangragoan memang wilayah Kaba-Kaba. Di desa Bajra I Gusti Alit Mustika menjadi pemuka berganti nama I Gusti Ngurah Bajra, dan I Gusti Ketut Mel menjadi Patih.
Diceritakan sekarang, setelah batas akhir masa penjelmaannya, Anglurah Gede Teges meninggal di Pesaren Ukiran, diberi gelar Bhatara Ring Pesaren Ukiran. Beliau digantikan oleh puteranya bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges, sama dengan gelar ayahnya.

Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja X kaba-Kaba

            Diceritakan I Gusti Ngurah Bajra dan I Gusti Ketut Mel, yang mendendam rasa malu, setelah mendengar kematian Anglurah Teges, menghimpun kekuatan untuk menggempur, menguasai istana Kaba-Kaba. Persiapan ini rupanya diketahui oleh Anglurah Teges, beliau minta bantuan ke Cokorda Singhasana Tabanan. Raja Tabanan menyanggupi, mengutus Ki Pasek Wanagiri untuk memimpin laskar Tabanan. Laskar Tabanan dan laskar Bajra akhirnya bertemu di sebelah Timur desa Bajra. Laskar Bajra  yang jumlah sedikit dapat dikalahkan. Itulah sebabnya desa Bajra, Pangragoan, dan Beda masuk wilayah kerajaan Tabanan.
            Setelah beberapa lama memerintah, Anglurah Teges akhirnya wafat di Pesaren Gede. Setelah diupacarai diberi gelar Bhatara Ring Pesaren Gede. Beliau meninggalkan putera, yaitu: yang sulung bernama I Gusti Ngurah Gede dan adiknya I Gusti Agung Ayu Oka, diperisteri oleh I Gusti Ngurah Gede dari Puri Agung Kurambitan.
            I Gusti Ngurah Gede menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja Kaba-kaba bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges, sama dengan ayahnya.

Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja XI Kaba-Kaba

            Anglurah Gede Teges mengambil isteri dari Jero Ajeng berputera: I Gusti Ngurah Gede, I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Agung Ayu Ngurah. Setelah dewasa ke tiga putera puterinya, beliau pindah ke Pesaren Pelok. I Gusti Ngurah Gede tetap di Pesaren Gede, I Gusti Ngurah Rai mendirikan istana bernama Puri Kaleran. I Gusti Agung Ayu Ngurah diperisteri oleh Raja Mengwi Cokorda Agung Made Agung.
Diceritakan Anglurah Gede Teges mengetahui saat akan ajal tiba. Beliau meminta salah seorang Pendeta untuk mengikuti kepergiannya ke alam baka. Ida Pedanda Ketut Dawuh dari Gerya Dalem menyetujui permintaan Anglurah Gede Teges.   I Gusti Ngurah Gede yang diberitahu tentang hal ini menangis terguling-guling di halaman. Itu sebabnya tidak diperkenankan menghadap. Hanya I Gusti Ngurah Rai yang tabah, beliau  menghadap dan mendengarkan pesan-pesan rahasia ayahnya. Setelah selesai memberi pesan rahasia, baginda raja wafat bersamaan dengan Ida Pedanda Ketut Dawuh. Setelah diupacarai raja Anglurah Gede Teges diberi gelar Bhatara Ring Pesaren Pelok.

I Gusti Ngurah Rai Raja XII Kaba-Kaba

            Sepeninggal Anglurah Gede Teges, yang berhak menjadi raja adalah I Gusti Ngurah Gede di Pesaren Gede, bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges. Tetapi beliau tidak mempunyai kepribadian untuk memerintah negara. Urusan kerajaan diserahkan kepada adiknya I Gusti Ngurah Rai, bergelar Anak Agung Sakti Kaleran di Puri Kaleran. Demikian diceritakan sejahtera rakyat Kaba-Kaba yang dipimpin oleh dua Puri, Puri Gede dan Puri Kaleran, diakui sampai sekarang.
            Anak Agung Ngurah Gede Teges belum berputera, beliau mengangkat putera Puri Kesiman Badung, putera dari Anak Agung Ngurah Gede, diberi nama Anak Agung Ngurah Badung. Setelah mengangkat putera barulah beliau berhasil mempunyai putera kandung, yang diberi nama Anak Agung Ayu Klungkung, Adiknya Anak Agung Alit Meranggi.
Anak Agung Alit Meranggi yang berkedudukan di Puri Ageng, dibunuh di Ubud dalam suatu perjamuan yang direncanakan oleh I Gusti Agug Putu Mayun dan I Gusti Agung Made Ngurah. Beliau bergelar Bhatara Ring Ubud, meninggalkan putera: Anak Agung Ngurah Leceng, Anak Agung Ngurah Mredah, Anak Agung Ayu Dibleg, dan Anak Agung Ayu Ceplok.
Anak Agung Ngurah Badung berkedudukan di Jero Badung beputra perempuan: Anak Agung Ayu Anom dan Anak Agung Ayu Cuplek.
            Anak Agung Ngurah Rai di Puri Kaleran berputera 6 orang, yaitu: Anak Agung Ngurah Teges, Anak Agung Ngurah Mrenyang, Anak Agung Ngurah Selat, Anak Agung Ayu Dalem, Anak Agung Istri Agung, dan Anak Agung Ngurah Dawuh.
           

KABA – KABA MASUK WILAYAH
KERAJAAN TABANAN


Berakhirnya Kerajaan Mengwi

            Pada tahun 1891 M, kerajaan Mengwi diserang oleh laskar gabungan dari kerajaan Badung, Tabanan, Ubud, dan Bangli. Penyerangan ini dilakukan atas amanat dari Dewa Agung Klungkung, Sesuhunan Bali – Lombok. Perintah ini dikeluarkan karena pihak kerajaan Mengwi sudah tidak setia lagi kepada Dewa Agung Klungkung. Pihak Mengwi menolak permintaan Dewa Agung untuk mengutus raja mudanya ke Smara-pura.
            Selama peperangan berlangsung raja Kaba-Kaba mengungsi menuju ke kerajaan Tabanan. Sampai di desa Abian Tuwung disambut oleh I Gusti Nyambu, sebelum sampai di Tabanan. Sejak itu I Gusti Nyambu menjadi raga druwe, sama dengan raga druwe Jero Ajeng. Tempat kediaman raja Kaba-Kaba di Tabanan bernama Puri Teges.
            I Gusti Agung Putu Mayun dan I Gusti Agung Made Ngurah yang memimpin laskar Mengwi di Kaba-Kaba, menjarah harta pusaka Puri Kaba-Kaba. Sementara itu laskar Kurambitan adalah laskar terdepan dari Tabanan, dan laskar Badung yang dipimpin panglimanya Anak Agung Raka Debot menyerang laskar Mengwi di Kaba-Kaba. Laskar Mengwi secara keseluruhan dapat dikalahkan, dan berakhir dengan lenyapnya kerajaan Mengwi 20 Juni 1891. Sejak itu Kaba-Kaba menjadi wilayah kerajaan Tabanan.
            Setelah kalahnya Mengwi raja Kaba-Kaba kembali ke negaranya. Diceritakan sekarang Raja Kaba-Kaba Anak Agung Ngurah Gede Teges dan Anak Agung Ngurah Rai Sakti, masing – masing sudah tua dan wafat. Anak Agung Ngurah Gede Teges bergelar Bhatara Ring Pesaren Gede, dan Anak Agung Ngurah Rai bergelar Bhatara Sakti Kaleran.

Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja XIII Kaba-Kaba

            Anak Agung Ngurah Gede Teges menggantikan menjadi raja Kaba-Kaba, menyandang gelar yang sama dengan ayahnya. Anak Agung Ngurah Gede Teges berkedudukan di Pesaren Tengah, bersama Anak Agung Ngurah Dauh. Anak Agung Ngurah Selat berkedudukan di Puri Kaleran. Anak Agung Ngurah Mrenyang berkedudukan di Pesaren Kauh. Anak Agung Istri Agung diperisteri oleh Brahmana dari Gerya Kawisunya, Mengwi.
            Dalam masa pemerintahannya Sri Aji Bali (Dewa Agung Klungkung) sudah dikalahkan oleh Belanda dalam Puputan Klungkung 28 April 1908. Hal itu membuat hati beliau semakin pedih.
            Setelah beberapa lama memerintah Anak Agung Ngurah Gede Teges wafat, bergelar Raja Bhatara Putra. Meninggalkan putera terkemuka: Anak Agung Ngurah Putu Keweh.

Anak Agung Ngurah Gede Putra Teges, Raja XIV (Terakhir) Kaba-Kaba

            Anak Agung Ngurah Putu Keweh, naik menggantikan ayahnya, bergelar Anak Agung Ngurah Gede Putra Teges. Beliau beristeri 6 orang, yang menjadi permaisuri adalah Anak Agung Ayu Dibleg, yang kemudian bergelar Anak Agung Ratu, puteri Bhatara Ring Ubud. Dari permaisuri beliau berputera: Anak Agung Ngurah Gede Puger di Pesaren Tengah, adiknya Anak Agung Ngurah Mayun di Pesaren Kauh. Isteri ke dua seorang raga druwe dari Kelakahan, bernama I Gusti Ayu Kenol menurunkan: Anak Agung Sagung Putu Jigreg, dan adiknya Anak Agung Ngurah Rai Pegeg di Pesaren Tandakan. Isteri ke tiga bernama Ni Jro Sengguan dari Banjar Sengguan Kaba-kaba menurunkan: Anak Agung Ngurah Ketut Sregeg di Pesaren Mayasan. Ada tiga lagi isteri beliau, tetapi tidak menurunkan putera.
            Anak Agung Ngurah Gede Puger di Pesaren Tengah terkena pemyakit mata, menjadi buta. Itu sebabnya beliau tidak berumur panjang.
            Ceritakan sekarang sudah memasuki tahun 1942 M, di mana raja-raja di Bali sudah tidak mempunyai kekuasaan. Pada saat itu Anak Agung Ngurah Mayun di Pesaren Kauh, terkena penyakit lumpuh, tidak bisa berjalan. Itu sebabnya beliau wafat dalam usia muda. Sehingga yang menjadi tetua di Puri Kaba-Kaba adalah: Anak Agung Ngurah Rai Pegeg, di Pesaren Tandakan, Anak Agung Ngurah Sregeg di Pesaren Mayasan, dan Anak Agung Ngurah Selat di Puri Kaleran. Sekian.


Diselesaikan Soma – Kliwon – Uye

Purnama Jyestha, Isaka 1927
Tanggal 23 Mei 2005

Ida Bagus Wirahaji, S.Ag

16 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Mungkin pelinggih yang satu untuk.keturunan asli arya belog, sedangkan yang satu untuk umum keturunan arya belog yang lain lain

    BalasHapus
  3. Tolong penjelasan lebih lanjut patih yang membentuk desa bajra-desa serampingan

    BalasHapus
  4. Saya ingin tahu silsilah kami sehingga kami bida ada didesa Mendoyo Dangin Tukad, bnjr. Kebebeng. Suksma.

    BalasHapus
  5. Om Swastyastu pak,,boleh saya minta kontak bapak berupa email atau yg laiinnya ,karena saya ingin membuat aplikasi untuk silsilah keluarga keturuan arya belog,,sekiranya ade beberapa hal yg ingin saya tanyakan
    Mhon bantuan dan kerjasamanya pak
    Suksma

    BalasHapus
  6. Mohon penjelasan tentang keturunan arya Pudak/Belog selain anglurah kaba kaba knapa tidak diceritakan.
    saya salah satu keturunan beliau juga saya dari Arya Keladian,,seolah tidak menjadi keturunan beliau atau mungkin salah atau disembunyikan agar keturunanya tidak tahu atau malu ?,,, yang jelas Arya Anglurah kaba kaba itu adalah keturunan Dalem dan yang asli keturunan beliau dari istri beliau adalah 6 orang coba di jelaskan,,,,sebelum kesah meninggalkan kaba kaba ke den bukit,,,atau buleleng,,,terimakasih

    BalasHapus
  7. suksma atas riwayat keturunan arya Belog sedikit banyak dpt pencerahan bagi saya yg jg keturunan arya belog dengan banyak keturunan raja itu baik dr keturunan selir dst. apakah dianggap sama derajat sekarang anak keturunan raja yg berkuasa dg anak dr keturunan selir raja,.? Mohon ada yg bisa memberi pencerahan.

    BalasHapus
  8. Mohon pencerahan arya blog di jembrana. Suksma

    BalasHapus
  9. Kalo bisa, jangan ada yg di tutupi, mungkin untuk referensi lebih lengkap, bole simpang ke Puri Aseman abiansemal,

    BalasHapus
  10. Sejarah jgn di plesetkan, sejarah hrs sesuai pakta,klo setelah saya bc kebanyakan yg tdk cocok artinya data tsb kurang valid, klo semeton ingin tau lebih jelas sejarah batara sira arya Belaog coba tanya di puri carang sari

    BalasHapus
  11. Mohon penjelasan keturunan arya belog di desa Bakung, Buleleng.

    BalasHapus
  12. Saya ingin menanyakan apakah di desa panji buleleng ada treh keturunan sire arye belog. Mohonpenjelasannya sebab pernah metuun di bilang keturunan. Maka dari itu saya ingin membuat silsilah keturunan saya

    BalasHapus
  13. Ini adalah Versi kedua yang perna saya Baca...Karna ada versi yang lan sbb :

    I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba II hanya beputra 1 orang saja yg melanjutkan tahta sebagai raja ke III. Gusti ngurah Gede Kaba-Kaba III yg dikawinkan dengan sepupu sendiri I Gusti Ayu Buringkit putri dari IGusti Ngurah Buringkit (beliau hanya mempunyai seorang putri saja maka tidak memiliki keturunan lagi).

    Dari perkawinan I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba dengan I Gusti Ayu Buringkit tidak memiliki keturunan, dan itulah yg menjadi masalah penerus tahta. Maka dari itu atas berbagai pertimbangan maka bersama Raja Bali di Gelgel saat itu Dalem Sagening / Anak Agung (Raja Bali Putra Dalem Waturenggong, cucu Dalem Ketut Ngulesir dan cicit dari Dalem Kresna Kepakisan) maka disepakati bahwa rahim Igusti Ayu Buringkit diisi benih dari Raja Bali Dalem Sagening (secara rahasia, yang hanya orang dalem Puri dan kerabat terdekat raja saja yg tahu saat itu) agar tahta di Puri Kaba-Kaba tetap berlangsung dengan keputusan bersama bahwa apabila putra Dalem tersebut lahir maka diupacarai layaknya upacara putra dari I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba III sendiri, dan hingga keturunannya tetap menganggap bahwa Sri Arya Belog adalah leluhurnya. Kemudian lahirlah putranya yg diberi nama I Gusti Ngurah Teges yg kemudian menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja dengan tetap memakai gelar ayahandanya yaitu I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba III.
    Selanjutnya I Gusti Ngurah Teges memiliki banyak putra antara lain:
    I Gusti Ngurah Wajangan
    I Gusti Ngurah Made Gunung
    I Gusti Ngurah Gede Nyambu
    I Gusti Ngurah Keladian
    I Gusti Ngurah Aseman
    I Gusti Ngurah Abian,dll

    Setelah salah satu putra dari I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba III diangkat menggantikannya sebagai raja/Anglurah (yg keturunannya hingga saat ini tetap tinggal di Dalem Puri Kaba-Kaba) maka saudaranya yg lain I Gusti Ngurah Aseman, I Gusti Ngurah Keladian, I Gusti Ngurah Gede Nyambu dllnya tidak menerima keputusan tsb dan memilih meninggalkan istana dengan membawa pusaka2 sakti Majapahit. Beliau-beliau ini meninggalkan istana diiringi banyak rakyat, ada juga pembesar istana, pelayan, dayang-dayang dan pengikutnya yg lain. Mereka meninggalkan istana menuju Den Bukit/Buleleng dan diterima sangat baik oleh Raja Buleleng saat itu I Gusti Anglurah Panji Sakti (karena mereka sama-sama trah Dalem Sagening/ Anak Agung/Ksatria Dalem) I Gusti Anglurah Panji Sakti juga terlahir dari hubungan antara Dalem Sagening tetapi dengan dayang istana Ni Luh Pasek Gobleg. Karena itulah mereka diterima dengan sangat baik dan diberikanlah tempat di Bakung Buleleng dan lebih lanjut diberikan tempat yg lebih luas lagi di Bondalem Buleleng. keturunan I Gusti Ngurah keladian yang bernama I Gusti Ngurah Radja Tama menduduki daerah bondalem atas perintah Raja Buleleng (I Gusti Anglurah Pandji Sakti), Gusti Gurah Raja Tama diminta untuk melindungi daerah buleleng timur dari gempuran pasukan karang asem kala itu, Gusti Ngurah Raja Tama merupakan salah satu dari Catur Angga truna goak yang menggempur blambangan.

    Untuk saat itu dan sekarang ini pula seluruh keturunan Puri Kaba-Kaba, dan Puri/Jro lainnya seketurunannya tetap menyatakan diri sebagai keturunan Sri Arya Belog sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, walaupun trah/darah yg sebenarnya adalah trah/darah Dalem Sagening/Anak Agung. (Mengenai trah Dalem dan kesepakatan ini keturunan Sri Arya Belog tidak banyak yg tahu terutama bagi mereka yg jauh merantau. Hal ini hanya diketahui oleh Puri Klungkung, Puri Singaraja/Puri Bangkang, Puri Kaba-Kaba, dan penulis sendiri serta beberapa keturunannya yg tahu. Mungkin sengaja disamarkan agar segenap keturunan Sri Arya Belog tetap menghormati Bhatara Sri Arya Belog sebagai leluhurnya.

    Oleh Karenanya,Semeton Puri Kaba Kaba harus di mintai keterangan yang VALID agar sejarah tidak di bolak balik

    BalasHapus
  14. Itulah politik Dalem Segening untuk melanggengkan kekuasaan tanpa perduli hancurnya trah Arya Pudak/Arya Belog

    BalasHapus
  15. Mohon penjelasan tentang treh/keturunan Aya belog di kerambitan(AB KERAMBAT) yang nyineb wangsa ring Banjar Baturiti kerambitan????

    BalasHapus
  16. Sebagian benar tp banyak salah, yg menjadi Raja anglurah kaba kaba 4 atau Gusti teges lahir dari istri kedua anglurah kaba kaba 3, istri pertama anglurah kaba kaba 3 memiliki anak gusti keladian,gusti nyambu, gusti aseman, gusti nyambu membuat puri di abian tuwung , gusti aseman di puri aseman abian semal, gusti keladian di denbukit di paumahan dan menggingsir ke alas keladian setelah tidak cocok dengan raja buleleng kala itu.

    BalasHapus