BERDIRINYA
KERAJAAN KABA
– KABA
Arya Belog Pendiri
Kerajaan Kaba – kaba
Diceritakan setelah kemenangan Patih Gajah Mada atas
kerajaan Bali Kuna pada tahun 1343M, ditunjuklah Sri Kresna Kepakisan sebagai
“Gubernur” Majapahit di Bali. Beliau bergelar Dhalem Samparangan,
membangun istananya di desa Samprangan (desa Samplangan sekarang), sebelah
Timur tukad Cangkir Gianyar sekarang. Beliau didampingi oleh 11 Arya,
masing – masing diberi kedudukan sbb:
1. Arya Kutawaringin di Gelgel
2. Arya kenceng di Buwahan / di
Pucangan Tabanan
3. Arya Belog di Kaba-kaba
4. Arya Dalancang di Kapal
5. Arya Sentong di Carangsari
6. Arya Kanuruhan di Tangkas
7. Arya Punta di Mambal
8. Arya Jerudeh di Temukti
9. Arya Tumenggung di Petemon
10. Arya Pemacekan di Bondalem
11. Arya Beleteng di Pacung
Selain itu juga didampingi
oleh 3 orang wesya bersaudara: Tan Kober, Tan Kawur, dan Tan Mundur.
Arya Belog salah seorang
Mantri kerajaan Dalem Samprangan diberi tempat kedudukan di wilayah Kaba –
kaba. Sabda Dalem kepada Arya Belog: “bahwa selain Bhandusa, Naga
Banda, dan Wadah Tumpang Solas, berhak engkau pakai dan
keturunanmu kelak. Engkau adalah keturunan Ksatrya Kula Dewa Purusa
Sapradarane Hyang Paramesti Guru”.
Arya Belog mendirikan
kerajaan Kaba – Kaba, beristana di sebelah Selatan Bale Agung, sebelah Timur
jalan. Wilayah kekuasaannya meliputi: sebelah Utara sampai batas wilayan
Tabanan, sebelah Timur sungai Busak, sebelah Selatan sampai ke laut, dan
sebelah Barat desa Pangragoan. Beliau juga membuat Parahyangan Pusering Jagat
bernama Pura Gunung Agung. Arya Belog dalam memerintah memakai gurit
wesi, artinya sekali berkata tidak dapat diubah. Negara dinyatakan tentram
dan sejahtera.
Setelah lama memerintah Arya
Belog wafat, dibuatkan Pedharman Batur yang dipuja oleh keturunannya.
Upacara pelebonnya memakai wadah kurang dari sebelas tiingkat, sesuai
dengan titah Dalem. Arya Belog meninggalkan seorang putera, yang menggantikan
kedudukannya bergelar Arya Anglurah Kaba – Kaba.
Arya Anglurah Kaba-Kaba Raja II
Arya
Anglurah Kaba – Kaba sebagai Patih Dalem Hile, sering datang menghadap Dalem.
Beliau sering kecewa karena Dalem lebih suka berhias, membuat yang menghadap
harus sabar menunggu berlama – lama.
Setelah
beberapa lama memerintah, Anglurah Kaba-Kaba tutup usia, meninggalkan 2 orang
putera, yaitu: yang sulung bergelar Anglurah Kaba-kaba, dan adiknya Kyai
Buringkit.
Arya Anglurah Kaba-Kaba Raja III
Arya
Anglurah Kaba – Kaba menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Arya Dalem di Kaba-Kaba. Beliau sering datang menghadap dan menunggu di Suweca-pura. Adiknya
Kyai Buringkit menjadi raja muda berkedudukan di Jero Ajeng.
Sewaktu
melaksanakan upacara perkawinan, Anglurah Kaba – Kaba menyuruh adiknya Kyai
Buringkit mewakili datang menghadap ke Dalem. Dalem menanyakan, mengapa
Anglurah Kaba – Kaba tidak datang. Kyai Buringkit menjawab, bahwa kakaknya
tidak sempat datang karena sedang melaksanakan upacara perkawinannya dengan I
Gusti Ayu Rai, puteri Pangeran Kapal. Mendengar jawaban Kyai Buringkit, Dalem
segera memerintahkan agar isterinya Anglurah Kaba – Kaba, I Gusti Ayu Rai segera
dibawa ke Suweca-pura.
I Gusti
Ayu Rai segera dihadapkan kepada Dalem. Timbul hasrat Dalem untuk memberikan
putera utama kepada Anglurah Kaba – Kaba. Setelah I Gusti Ayu Rai dihamili oleh
Dalem, diserahkan kepada Anglurah Kaba – Kaba dengan syarat jangan dicampuri
sebelum anak itu lahir, sebab itu benih dari Dalem, kelak akan melahirkan
putera utama. Anglurah Kaba – Kaba menjunjung amanat Dalem dan membawa
isterinya pulang ke Kaba – Kaba.
Setelah tiba waktunya, lahir
putera Dalem. Mendengar berita kelahiran puteranya, Dalem menuju Kaba – Kaba
untuk menguji kemurnian benih beliau. Putera itu ditaruh di tanah, di
sekitarnya diisi nasi dan ikan. Anjing – anjing dilepas semuanya galak – galak.
Ternyata anjing – anjing tersebut tidak berebut, makan tertib dan tidak
mengusik sang bayi. Sang bayi juga ditempatkan di atas lubang semut,
disekitarnya ditaburi nasi. Semut-semut keluar dari liangnya tetapi berpencar
takut pada bayi ini.
Dalem merasa bangga karena
benih beliau tidak dicampuri oleh Anglurah Kaba – Kaba. Semenjak itu
putera tersebut diberi nama Arya Anglurah Agung Putera Teges. Dalem memberi
anugerah: putera ini berhak memakai gapura tiga tutup, memberikan abdi Ki Pasek
5 kelompok, yaitu: Pasek Tangkas, Gelgel, Gaduh, Dahualing,
dan Kedangkan.
Diceritakan Arya Anglurah Kaba
– Kaba mempunyai putera kandung dari isteri yang lain, diberi nama Kyai Ngurah
Keladian. Sementara itu Kyai Buringkit mempunyai putera seorang bernama Kyai
Ngurah Buringkit, sama dengan nama ayahnya, tinggal di Jero Ajeng.
Pada
suatu hari Kyai Buringkit melakukan perebutan kekuasaan. Rakyat terbagi – bagi
dalam 2 kelompok. Tetapi lebih banyak memihak raja, terutama ke 5 golongan
Pasek di atas. Perang terjadi di sebelah Utara Kaba – Kaba. Saat itu Raja
sedang beristirahat di Pura Resi. Laskar yang memihak raja sempat
terdesak sebelum berhasil dihalau berkat kegigihan Ki Pasek lima.
Pada
tengah hari terdengar suara burung tuwu-tuwu yang nyaring, membangunkan
baginda raja, hingga beliau terhindar dari serangan lawan. Semenjak itu beliau
bersumpah tidak akan menyakiti dan memakan burung tuwu-tuwu sampai
seketurunannya.
Beliau terus menuju ke
kediaman Pendeta di Gerya Bayuh. Sampai di halaman Gerya beliau melihat
sumur meluap sampai tutupnya terangkat berayun-ayun. Raja begitu melihat laskar
lawan datang, segera menyuruh seorang pelayan membuka tutup sumur. Laskar lawan
yang melihat tutup sumur tersebut langsung lari bergulung-gulung. Itu sebabnya
tempat itu diberi nama dusun Tegal Pegulungan. Tempat Ki Pasek lima
mempertaruhkan nyawanya diberi nama dusun Tohjiwa. Raja kemudian
mengejar laskar lawan yang lari ke Utara dusun Tegal Pegulungan, sehingga
terjadi perang yang sangat ramai. Tempat itu kemudian disebut dusun Perang.
Kyai Buringkit melarikan
diri terus ke Utara. Anggota laskarnya banyak yang dibunuh oleh serangan Ki
Pasek lima. Itu sebabnya tempat tersebut diberi nama dusun Dekdekan.
Mulai saat itu Kyai Buringkit tidak diakui sebagai saudara Anglurah Kaba –
Kaba. Kyai Buringkit lalu pindah ke Timur ke desa Nyurang, menetap di sana. Lama
– lama desa Nyurang berubah nama menjadi desa Buringkit.
Arya Anglurah Agung Putera Teges Raja IV Kaba – Kaba
Setelah
wafat Arya Anglurah Kaba-Kaba, diganti oleh putera beliau keturunan Dalem,
Anglurah Agung Putera Teges. Sebagai raja muda diangkat Kyai Ngurah Keladian.
Raja ini juga melaksanakan kebijaksanaan gurit besi, sekali berkata
tidak dapat diubah. Negara pada jamannya diberitatan sejahtera.
Raja
IV Kaba-Kaba ini mempunyai seorang putera, diberi nama Arya Anglurah Kaba-Kaba
Suda Teges. Sedangkan Kyai Ngurah Keladian mempunyai 5 orang putera dan puteri,
yaitu: Kyai Nyambu, Kyai Aseman, dua putri, dan yang sulung bernama Kyai
Keladian sama dengan nama ayahnya.
Pada
waktu itu di Suweca-pura, Sri Aji Dalem Ketut Kepakisan wafat tahun 1460 M. Beliau
diganti oleh puteranya Sri Aji Dalem Waturenggong. Sri Aji Dalem Waturenggong
memerintahkan membuat Pedharman di Besakih untuk para leluhur beliau.
Itulah sebabnya ada Pedharman Arya Belog, serta Arya Kaba-Kaba di
Besakih sekarang.
Diceritakan
3 saudara: Kyai Nyambu, Kyai Aseman, dan Kyai Keladian merasakan tidak puas
tinggal di Kaba-Kaba karena tidak dapat memerintah, sebab sudah ada putera
Dalem. Mereka bertiga berniat keluar kedesa-desa lainnya yang belum ada
pemimpinnya. Gagasan Kyai Nyambu ini disetujui oleh ke dua adiknya, sekaligus
didengar oleh Anglurah Kaba-Kaba. Ke tiga saudura itu disurutkan martabatnya
oleh Anglurah Kaba-Kaba, dijadikan kerabat jauh.
Mereka
bertiga kemudian pergi dari Kaba-Kaba. I Gusti Nyambu ke desa Den Bukit, I
Gusti Aseman berdiam di desa Abian Semal, I Gusti Kelaidan menuju Den Bukit
tinggal di desa Pumahan.
Arya Anglurah Suddha Teges Raja V Kaba-Kaba
Arya
Anglurah Suda Teges dinobatkan menjadi raja, menggantikan ayahnya. Beliau
beristerikan I Gusti Ayu Rai Arsa adik perempuan Kyai Nyambu. Beliau juga
mendatangkan seorang Brahmana, Ida Pedanda Mas Timbul, pemberian dari
Dalem Segening. Ida Pedanda Mas Timbul diberi tempat di sebelah Pura Gunung
Agung, bernama Gerya Kawisunya. Leluhur Ida Pedanda juga dituntun dibuat
stana berupa Padma di Pura Gunung Agung Kaba-Kaba.
Arya
Anglurah Suda Teges berputera laki-laki seorang bernama Arya Anglurah Teges.
Beliau juga sempat menghamili seorang pelayan bernama Ni Luh Kicen, melahirkan
putera astra (tidak sah) bernama I Gusti Gunung, diberi tempat di Jero
Gunung.
Setelah beberapa lama
memerintah Arya Anglurah Suda Teges wafat. Beliau digantikan oleh puteranya
Arya Anglurah Teges.
Arya Anglurah Teges Raja VI Kaba-Kaba
Pada
waktu Arya Anglurah Teges memerintah Kaba-Kaba, yang menjadi Dalem di
Suweca-pura adalah Dalem Di Made (Dalem terakhir) tahun 1665 – 1686 M. Dalem
memerintahkan Arya Anglurah Teges ke Blambangan bersama Arya Anglurah Tabanan,
dan Kyai Pacung untuk menghancurkan pemberontak. Arya Anglurah Teges tewas
dalam peperangan di Bambangan, beliau diberi gelar Bhatara Raja Dewata Ring
Blambangan.
Arya
Anglurah Teges meninggalkan 3 putera laki-laki, yaitu: Arya Anglurah Yuda Teges (dari permaisuri),
Kyai Ngurah Rai dan Kyai Ngurah Ketut dari isteri lain.
Arya Anglurah Yuda Teges Raja VII Kaba-Kaba
Arya
Anglurah Yuda Teges menggantikan kedudukan ayahnya, didampingi oleh Kyai Ngurah
Rai menjadi Punggawa, berkedudukan di Jero Ajeng. Kyai Ngurah
Ketut menjadi pucuk pimpinan para prajurit berkedudukan di Jero Oka.
Kyai
Ngurah Rai dan Kyai Ngurah Ketut, kemudian secara bersama-sama melakukan
pemberontakan untuk mengambil alih kekuasaan. Berkat dukungan rakyat, usaha
kedua pendamping raja ini dapat digagalkan. Raja kemudian menjadikan kedua
saudaranya ini sebagai kerabat jauh.
Semenjak
itu raja tidak percaya kepada keluarga, beliau memanggil Ki Pasek Gelgel,
sehingga bertambah keluarga Pasek menjadi 7 (tujuh) kelompok di Banjar Pasekan.
Kemudian diperintahkan oleh raja, kelompok Pasek pindah agar dekat dengan
istana, tinggal di Banjar Buading. Raja juga meminta putera dari I Gusti
Gede Bokah yang bernama I Gusti Gatra untuk menjaga Pelinggih Stana Bhatara
Ratu Gede Jaksa. Itu sebabnya I Gusti Gatra bertempat tinggal di Dawuh Yeh
Kaba-Kaba.
Arya
Anglurah Yuda Teges, setelah tua dan wafat meninggalkan seorang putera bernama
Arya Anglurah Gede Sena Teges, yang menggantikan kedudukan ayahnya.
Arya Anglurah Gede Sena Teges Raja VIII Kaba-Kaba
Arya
Anglurah Sena Teges mempunyai 2 putera, yaitu I Gusti Ngurah Gede Teges dan
adiknya I Gusti Ngurah Alit dari lain ibu. I Gusti Ngurah Alit rupanya lebih
disukai oleh rakyat, menimbulkan kecemburuan kakaknya I Gusti Ngurah Gede
Teges.
Pada
suatu hari saat keduanya berburu, I Gusti Ngurah Alit dibunuh oleh kakaknya.
Mayatnya dibuang di tengah ilalang, kemudian I Gusti Ngurah Gede Teges pulang
ke istana. Ibu I Gusti Ngurah Alit yang bernama Ni Gusti Luh Patilik, dari
Tumbak Bayuh menanyakan puteranya. Dijawab oleh I Gusti Ngurah Gede Teges,
bahwa adiknya telah mendahului pulang, mungkin mampir di mana.
Setelah
lama tidak datang Ni Gusti Luh Patilik mempunyai firasat yang buruk, ketika
melihat anjing kesayangan I Gusti Ngurah Alit berguling-guling dilantai. Ni
Gusti Luh Patilik mengikuti kemana anjing itu pergi. Rupanya anjing itu memberi
petunjuk tempat mayat I Gusti Ngurah Alit berada. Mayat itupun ditemukan dan
dibawa pulang ke istana, diupacarai dengan semestinya. Roh I Gusti Ngurah Alit
dibuatkan Pelinggih Meru Tumpang 7, di atas pintu, sebab beliau dibunuh
tanpa dosa. Itu sebabnya ada Meru Tumpang 7 di Saren Gede, bernama Ratu
Myu di bawahnya ada patung anjing.
Anglurah
Gede Sena Teges, setelah beberapa lama memerintah, beliau wafat di Pesaren
Ukiran, bergelar Bhatara Ring Ukiran. Puteranya yang pertama I Gusti
Ngurah Gede Teges menggantikan kedudukannya, bergelar Anak Agung Ngurah Gede
Teges.
KABA – KABA BAGIAN DARI
KERAJAAN MENGWI
Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja IX Kaba-Kaba
Anak
Agung Ngurah Gede Teges mempunyai 2 putera, yaitu: yang sulung bernama I Gusti
Ngurah Gede, dan adiknya bernama I Gusti Agung Ayu Oka.
Diceritakan
I Gusti Agung Putu Agung, Raja mengwi yang sedang mengalami masa kejayaan
bermaksud meluas daerah kekuasaan, menantang Anak Agung Ngurah Gede Teges,
untuk mengadu kekuatan. Tantangan ini diterima. Anglurah Gede Teges berangkat
ke Mangha-pura beserta 4 isteri beliau, diiringi oleh kerabat dan laskar
kerajaan.
Sesampai
di Puri Mngha-pura, disambut hangat oleh raja I Gusti Agung Putu Agung. Dibuat
perjanjian siapa yang kalah, akan dijadikan saudara muda, dan daerah
kekuasaannya akan menjadi bagian dari kerajaan pemenang. Setelah paham dengan
perjanjian itu, keduanya bersiap-siap untuk mulai bertarung. Ketika pertarungan
dimulai, salah seorang isteri Anglurah Gede Teges menjerit, mendekap Anglurah
Teges seraya memohon pertarungan agar dibatalkan. Isterinya mengetahui Anglurah
Teges akan kalah, sebab melihat I Gusti Agung Putu kebal terhadap segala
senjata.
Dengan demikian Anglurah
Gede Kaba-Kaba menyerah dan meminta agar tetap diberikan memerintah di
Kaba-Kaba. Permintaan ini dipenuhi oleh I Gusti Agung Putu, beliau diberikan
seorang puteri bernama I Gusti Agung Ayu Oka untuk dijadikan isteri. I Gusti
Agung Ayu Oka kemudian sempat menjadi Raja (Ratu) VI Mangha-pura.
Diceritakan I Gusti Alit
Mustika yang diperintahkan memperkokoh laskar di Uma Desa Tohjiwa dan I Gusti Ketut Mel, keduanya merasa tidak puas
terhadap akhir dari pertarungan di Mangha-pura. Merasa malu, belum apa-apa
sudah menyerah. Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan Kaba-Kaba menuju dan
tinggal di desa Bajra, sebab desa Bajra sampai Pangragoan memang wilayah
Kaba-Kaba. Di desa Bajra I Gusti Alit Mustika menjadi pemuka berganti nama I
Gusti Ngurah Bajra, dan I Gusti Ketut Mel menjadi Patih.
Diceritakan sekarang, setelah
batas akhir masa penjelmaannya, Anglurah Gede Teges meninggal di Pesaren
Ukiran, diberi gelar Bhatara Ring Pesaren Ukiran. Beliau
digantikan oleh puteranya bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges, sama dengan
gelar ayahnya.
Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja X kaba-Kaba
Diceritakan
I Gusti Ngurah Bajra dan I Gusti Ketut Mel, yang mendendam rasa malu, setelah
mendengar kematian Anglurah Teges, menghimpun kekuatan untuk menggempur,
menguasai istana Kaba-Kaba. Persiapan ini rupanya diketahui oleh Anglurah Teges,
beliau minta bantuan ke Cokorda Singhasana Tabanan. Raja Tabanan menyanggupi,
mengutus Ki Pasek Wanagiri untuk memimpin laskar Tabanan. Laskar Tabanan dan
laskar Bajra akhirnya bertemu di sebelah Timur desa Bajra. Laskar Bajra yang jumlah sedikit dapat dikalahkan. Itulah
sebabnya desa Bajra, Pangragoan, dan Beda masuk wilayah kerajaan Tabanan.
Setelah
beberapa lama memerintah, Anglurah Teges akhirnya wafat di Pesaren Gede.
Setelah diupacarai diberi gelar Bhatara Ring Pesaren Gede. Beliau
meninggalkan putera, yaitu: yang sulung bernama I Gusti Ngurah Gede dan adiknya
I Gusti Agung Ayu Oka, diperisteri oleh I Gusti Ngurah Gede dari Puri Agung
Kurambitan.
I
Gusti Ngurah Gede menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja Kaba-kaba
bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges, sama dengan ayahnya.
Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja XI Kaba-Kaba
Anglurah
Gede Teges mengambil isteri dari Jero Ajeng berputera: I Gusti Ngurah Gede, I
Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Agung Ayu Ngurah. Setelah dewasa ke tiga putera
puterinya, beliau pindah ke Pesaren Pelok. I Gusti Ngurah Gede tetap di Pesaren
Gede, I Gusti Ngurah Rai mendirikan istana bernama Puri Kaleran. I
Gusti Agung Ayu Ngurah diperisteri oleh Raja Mengwi Cokorda Agung Made Agung.
Diceritakan Anglurah Gede
Teges mengetahui saat akan ajal tiba. Beliau meminta salah seorang Pendeta
untuk mengikuti kepergiannya ke alam baka. Ida Pedanda Ketut Dawuh dari Gerya
Dalem menyetujui permintaan Anglurah Gede Teges. I Gusti Ngurah Gede yang diberitahu tentang hal ini menangis terguling-guling
di halaman. Itu sebabnya tidak diperkenankan menghadap. Hanya I Gusti Ngurah
Rai yang tabah, beliau menghadap dan
mendengarkan pesan-pesan rahasia ayahnya. Setelah selesai memberi pesan
rahasia, baginda raja wafat bersamaan dengan Ida Pedanda Ketut Dawuh. Setelah
diupacarai raja Anglurah Gede Teges diberi gelar Bhatara Ring Pesaren Pelok.
I Gusti Ngurah Rai Raja XII Kaba-Kaba
Sepeninggal Anglurah Gede
Teges, yang berhak menjadi raja adalah I Gusti Ngurah Gede di Pesaren Gede,
bergelar Anak Agung Ngurah Gede Teges. Tetapi beliau tidak mempunyai
kepribadian untuk memerintah negara. Urusan kerajaan diserahkan kepada adiknya
I Gusti Ngurah Rai, bergelar Anak Agung Sakti Kaleran di Puri Kaleran. Demikian
diceritakan sejahtera rakyat Kaba-Kaba yang dipimpin oleh dua Puri, Puri Gede
dan Puri Kaleran, diakui sampai sekarang.
Anak
Agung Ngurah Gede Teges belum berputera, beliau mengangkat putera Puri Kesiman
Badung, putera dari Anak Agung Ngurah Gede, diberi nama Anak Agung Ngurah
Badung. Setelah mengangkat putera barulah beliau berhasil mempunyai putera
kandung, yang diberi nama Anak Agung Ayu Klungkung, Adiknya Anak Agung Alit
Meranggi.
Anak Agung Alit Meranggi
yang berkedudukan di Puri Ageng, dibunuh di Ubud dalam suatu perjamuan
yang direncanakan oleh I Gusti Agug Putu Mayun dan I Gusti Agung Made Ngurah.
Beliau bergelar Bhatara Ring Ubud, meninggalkan putera: Anak Agung
Ngurah Leceng, Anak Agung Ngurah Mredah, Anak Agung Ayu Dibleg, dan Anak Agung
Ayu Ceplok.
Anak Agung Ngurah Badung
berkedudukan di Jero Badung beputra perempuan: Anak Agung Ayu Anom dan
Anak Agung Ayu Cuplek.
Anak
Agung Ngurah Rai di Puri Kaleran berputera 6 orang, yaitu: Anak Agung Ngurah
Teges, Anak Agung Ngurah Mrenyang, Anak Agung Ngurah Selat, Anak Agung Ayu
Dalem, Anak Agung Istri Agung, dan Anak Agung Ngurah Dawuh.
KABA – KABA MASUK WILAYAH
KERAJAAN TABANAN
Berakhirnya Kerajaan Mengwi
Pada
tahun 1891 M, kerajaan Mengwi diserang oleh laskar gabungan dari kerajaan
Badung, Tabanan, Ubud, dan Bangli. Penyerangan ini dilakukan atas amanat dari
Dewa Agung Klungkung, Sesuhunan Bali – Lombok. Perintah ini dikeluarkan karena
pihak kerajaan Mengwi sudah tidak setia lagi kepada Dewa Agung Klungkung. Pihak
Mengwi menolak permintaan Dewa Agung untuk mengutus raja mudanya ke Smara-pura.
Selama
peperangan berlangsung raja Kaba-Kaba mengungsi menuju ke kerajaan Tabanan.
Sampai di desa Abian Tuwung disambut oleh I Gusti Nyambu, sebelum sampai di
Tabanan. Sejak itu I Gusti Nyambu menjadi raga druwe, sama dengan raga
druwe Jero Ajeng. Tempat kediaman raja Kaba-Kaba di Tabanan bernama Puri
Teges.
I Gusti
Agung Putu Mayun dan I Gusti Agung Made Ngurah yang memimpin laskar Mengwi di
Kaba-Kaba, menjarah harta pusaka Puri Kaba-Kaba. Sementara itu laskar
Kurambitan adalah laskar terdepan dari Tabanan, dan laskar Badung yang dipimpin
panglimanya Anak Agung Raka Debot menyerang laskar Mengwi di Kaba-Kaba. Laskar
Mengwi secara keseluruhan dapat dikalahkan, dan berakhir dengan lenyapnya
kerajaan Mengwi 20 Juni 1891. Sejak itu Kaba-Kaba menjadi wilayah kerajaan
Tabanan.
Setelah
kalahnya Mengwi raja Kaba-Kaba kembali ke negaranya. Diceritakan sekarang Raja
Kaba-Kaba Anak Agung Ngurah Gede Teges dan Anak Agung Ngurah Rai Sakti, masing
– masing sudah tua dan wafat. Anak Agung Ngurah Gede Teges bergelar Bhatara
Ring Pesaren Gede, dan Anak Agung Ngurah Rai bergelar Bhatara Sakti
Kaleran.
Anak Agung Ngurah Gede Teges Raja XIII Kaba-Kaba
Anak
Agung Ngurah Gede Teges menggantikan menjadi raja Kaba-Kaba, menyandang gelar
yang sama dengan ayahnya. Anak Agung Ngurah Gede Teges berkedudukan di Pesaren
Tengah, bersama Anak Agung Ngurah Dauh. Anak Agung Ngurah Selat
berkedudukan di Puri Kaleran. Anak Agung Ngurah Mrenyang berkedudukan di
Pesaren Kauh. Anak Agung Istri Agung diperisteri oleh Brahmana dari Gerya
Kawisunya, Mengwi.
Dalam
masa pemerintahannya Sri Aji Bali (Dewa Agung Klungkung) sudah dikalahkan oleh
Belanda dalam Puputan Klungkung 28 April 1908. Hal itu membuat hati beliau
semakin pedih.
Setelah
beberapa lama memerintah Anak Agung Ngurah Gede Teges wafat, bergelar Raja
Bhatara Putra. Meninggalkan putera terkemuka: Anak Agung Ngurah Putu Keweh.
Anak Agung Ngurah Gede Putra Teges, Raja XIV (Terakhir) Kaba-Kaba
Anak
Agung Ngurah Putu Keweh, naik menggantikan ayahnya, bergelar Anak Agung Ngurah
Gede Putra Teges. Beliau beristeri 6 orang, yang menjadi permaisuri adalah Anak
Agung Ayu Dibleg, yang kemudian bergelar Anak Agung Ratu, puteri Bhatara
Ring Ubud. Dari permaisuri beliau berputera: Anak Agung Ngurah Gede Puger
di Pesaren Tengah, adiknya Anak Agung Ngurah Mayun di Pesaren Kauh.
Isteri ke dua seorang raga druwe dari Kelakahan, bernama I Gusti Ayu
Kenol menurunkan: Anak Agung Sagung Putu Jigreg, dan adiknya Anak Agung Ngurah
Rai Pegeg di Pesaren Tandakan. Isteri ke tiga bernama Ni Jro Sengguan
dari Banjar Sengguan Kaba-kaba menurunkan: Anak Agung Ngurah Ketut Sregeg di Pesaren
Mayasan. Ada tiga lagi isteri beliau, tetapi tidak menurunkan putera.
Anak
Agung Ngurah Gede Puger di Pesaren Tengah terkena pemyakit mata, menjadi buta.
Itu sebabnya beliau tidak berumur panjang.
Ceritakan
sekarang sudah memasuki tahun 1942 M, di mana raja-raja di Bali sudah tidak
mempunyai kekuasaan. Pada saat itu Anak Agung Ngurah Mayun di Pesaren Kauh,
terkena penyakit lumpuh, tidak bisa berjalan. Itu sebabnya beliau wafat dalam
usia muda. Sehingga yang menjadi tetua di Puri Kaba-Kaba adalah: Anak Agung
Ngurah Rai Pegeg, di Pesaren Tandakan, Anak Agung Ngurah Sregeg di Pesaren
Mayasan, dan Anak Agung Ngurah Selat di Puri Kaleran. Sekian.
Diselesaikan Soma – Kliwon – Uye
Purnama Jyestha, Isaka 1927
Tanggal 23 Mei 2005
Ida Bagus Wirahaji, S.Ag
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMungkin pelinggih yang satu untuk.keturunan asli arya belog, sedangkan yang satu untuk umum keturunan arya belog yang lain lain
BalasHapusTolong penjelasan lebih lanjut patih yang membentuk desa bajra-desa serampingan
BalasHapusSaya ingin tahu silsilah kami sehingga kami bida ada didesa Mendoyo Dangin Tukad, bnjr. Kebebeng. Suksma.
BalasHapusOm Swastyastu pak,,boleh saya minta kontak bapak berupa email atau yg laiinnya ,karena saya ingin membuat aplikasi untuk silsilah keluarga keturuan arya belog,,sekiranya ade beberapa hal yg ingin saya tanyakan
BalasHapusMhon bantuan dan kerjasamanya pak
Suksma
Mohon penjelasan tentang keturunan arya Pudak/Belog selain anglurah kaba kaba knapa tidak diceritakan.
BalasHapussaya salah satu keturunan beliau juga saya dari Arya Keladian,,seolah tidak menjadi keturunan beliau atau mungkin salah atau disembunyikan agar keturunanya tidak tahu atau malu ?,,, yang jelas Arya Anglurah kaba kaba itu adalah keturunan Dalem dan yang asli keturunan beliau dari istri beliau adalah 6 orang coba di jelaskan,,,,sebelum kesah meninggalkan kaba kaba ke den bukit,,,atau buleleng,,,terimakasih
suksma atas riwayat keturunan arya Belog sedikit banyak dpt pencerahan bagi saya yg jg keturunan arya belog dengan banyak keturunan raja itu baik dr keturunan selir dst. apakah dianggap sama derajat sekarang anak keturunan raja yg berkuasa dg anak dr keturunan selir raja,.? Mohon ada yg bisa memberi pencerahan.
BalasHapusMohon pencerahan arya blog di jembrana. Suksma
BalasHapusKalo bisa, jangan ada yg di tutupi, mungkin untuk referensi lebih lengkap, bole simpang ke Puri Aseman abiansemal,
BalasHapusSejarah jgn di plesetkan, sejarah hrs sesuai pakta,klo setelah saya bc kebanyakan yg tdk cocok artinya data tsb kurang valid, klo semeton ingin tau lebih jelas sejarah batara sira arya Belaog coba tanya di puri carang sari
BalasHapusMohon penjelasan keturunan arya belog di desa Bakung, Buleleng.
BalasHapusSaya ingin menanyakan apakah di desa panji buleleng ada treh keturunan sire arye belog. Mohonpenjelasannya sebab pernah metuun di bilang keturunan. Maka dari itu saya ingin membuat silsilah keturunan saya
BalasHapusIni adalah Versi kedua yang perna saya Baca...Karna ada versi yang lan sbb :
BalasHapusI Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba II hanya beputra 1 orang saja yg melanjutkan tahta sebagai raja ke III. Gusti ngurah Gede Kaba-Kaba III yg dikawinkan dengan sepupu sendiri I Gusti Ayu Buringkit putri dari IGusti Ngurah Buringkit (beliau hanya mempunyai seorang putri saja maka tidak memiliki keturunan lagi).
Dari perkawinan I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba dengan I Gusti Ayu Buringkit tidak memiliki keturunan, dan itulah yg menjadi masalah penerus tahta. Maka dari itu atas berbagai pertimbangan maka bersama Raja Bali di Gelgel saat itu Dalem Sagening / Anak Agung (Raja Bali Putra Dalem Waturenggong, cucu Dalem Ketut Ngulesir dan cicit dari Dalem Kresna Kepakisan) maka disepakati bahwa rahim Igusti Ayu Buringkit diisi benih dari Raja Bali Dalem Sagening (secara rahasia, yang hanya orang dalem Puri dan kerabat terdekat raja saja yg tahu saat itu) agar tahta di Puri Kaba-Kaba tetap berlangsung dengan keputusan bersama bahwa apabila putra Dalem tersebut lahir maka diupacarai layaknya upacara putra dari I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba III sendiri, dan hingga keturunannya tetap menganggap bahwa Sri Arya Belog adalah leluhurnya. Kemudian lahirlah putranya yg diberi nama I Gusti Ngurah Teges yg kemudian menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja dengan tetap memakai gelar ayahandanya yaitu I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba III.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Teges memiliki banyak putra antara lain:
I Gusti Ngurah Wajangan
I Gusti Ngurah Made Gunung
I Gusti Ngurah Gede Nyambu
I Gusti Ngurah Keladian
I Gusti Ngurah Aseman
I Gusti Ngurah Abian,dll
Setelah salah satu putra dari I Gusti Ngurah Gede Kaba-Kaba III diangkat menggantikannya sebagai raja/Anglurah (yg keturunannya hingga saat ini tetap tinggal di Dalem Puri Kaba-Kaba) maka saudaranya yg lain I Gusti Ngurah Aseman, I Gusti Ngurah Keladian, I Gusti Ngurah Gede Nyambu dllnya tidak menerima keputusan tsb dan memilih meninggalkan istana dengan membawa pusaka2 sakti Majapahit. Beliau-beliau ini meninggalkan istana diiringi banyak rakyat, ada juga pembesar istana, pelayan, dayang-dayang dan pengikutnya yg lain. Mereka meninggalkan istana menuju Den Bukit/Buleleng dan diterima sangat baik oleh Raja Buleleng saat itu I Gusti Anglurah Panji Sakti (karena mereka sama-sama trah Dalem Sagening/ Anak Agung/Ksatria Dalem) I Gusti Anglurah Panji Sakti juga terlahir dari hubungan antara Dalem Sagening tetapi dengan dayang istana Ni Luh Pasek Gobleg. Karena itulah mereka diterima dengan sangat baik dan diberikanlah tempat di Bakung Buleleng dan lebih lanjut diberikan tempat yg lebih luas lagi di Bondalem Buleleng. keturunan I Gusti Ngurah keladian yang bernama I Gusti Ngurah Radja Tama menduduki daerah bondalem atas perintah Raja Buleleng (I Gusti Anglurah Pandji Sakti), Gusti Gurah Raja Tama diminta untuk melindungi daerah buleleng timur dari gempuran pasukan karang asem kala itu, Gusti Ngurah Raja Tama merupakan salah satu dari Catur Angga truna goak yang menggempur blambangan.
Untuk saat itu dan sekarang ini pula seluruh keturunan Puri Kaba-Kaba, dan Puri/Jro lainnya seketurunannya tetap menyatakan diri sebagai keturunan Sri Arya Belog sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, walaupun trah/darah yg sebenarnya adalah trah/darah Dalem Sagening/Anak Agung. (Mengenai trah Dalem dan kesepakatan ini keturunan Sri Arya Belog tidak banyak yg tahu terutama bagi mereka yg jauh merantau. Hal ini hanya diketahui oleh Puri Klungkung, Puri Singaraja/Puri Bangkang, Puri Kaba-Kaba, dan penulis sendiri serta beberapa keturunannya yg tahu. Mungkin sengaja disamarkan agar segenap keturunan Sri Arya Belog tetap menghormati Bhatara Sri Arya Belog sebagai leluhurnya.
Oleh Karenanya,Semeton Puri Kaba Kaba harus di mintai keterangan yang VALID agar sejarah tidak di bolak balik
Itulah politik Dalem Segening untuk melanggengkan kekuasaan tanpa perduli hancurnya trah Arya Pudak/Arya Belog
BalasHapusMohon penjelasan tentang treh/keturunan Aya belog di kerambitan(AB KERAMBAT) yang nyineb wangsa ring Banjar Baturiti kerambitan????
BalasHapusSebagian benar tp banyak salah, yg menjadi Raja anglurah kaba kaba 4 atau Gusti teges lahir dari istri kedua anglurah kaba kaba 3, istri pertama anglurah kaba kaba 3 memiliki anak gusti keladian,gusti nyambu, gusti aseman, gusti nyambu membuat puri di abian tuwung , gusti aseman di puri aseman abian semal, gusti keladian di denbukit di paumahan dan menggingsir ke alas keladian setelah tidak cocok dengan raja buleleng kala itu.
BalasHapus