Label

Senin, 02 Desember 2013

TATTWA JNANA



TATTWA JNANA

Naskah lontar Tattwa Jnana bercorak Siwaistis memuat ajaran-ajaran Siwa. Seloka dalam lontar ini berbahasa Jawa Kuna. Tattwa Jnana artinya pegetahuan tentang Tattwa. Kitab ini menuntun umat yang ingin bebas dari kesengsaraan dan reinkarnasi.

Sanghyang JNANA TATTWA, inilah yang harus diketahui terlebih dahulu, yang menjadi dasar semua tattwa. Dengan mengenali Sanghyang Jnana Tattwa, maka manusia dapat memahami hidup dan kehidupan yang diterimanya sekarang.

Paham dalam lontar ini bersifat dualisme, yaitu dengan adanya CETANA dan ACETANA. Cetana adalah Siwa Tattwa, Acetana adalah Maya Tattwa. Siwa Tattwa terdiri atas Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa, dan Atmika Tattwa. Sedangkan dari Maya Tattwa lahir Pradhana Tattwa.

Pertemuan Purusa dan Pradhana melahirkan CITTA dan GUNA. Citta adalah wujud kasarnya Purusa. Guna adalah hasil dari pengaruh Purusa kepada Pradhana Tattwa. Guna terdiri dari tiga jenis, Sattwa, Rajah, dan Tamah yang disebut TRI GUNA.

Hakikat CITTA SATTWA adalah terang bercahaya, bijaksana, kasih sayang, bahagia, luhur budinya, batin tak ternoda. Hakikat CITTA RAJAH pikirannya goncang, terburu-buru, ambisi, congkak, cepat tersinggung, superior, pemarah dan sebagainya. Hakikat CITTA TAMAH malas, enggan, kotor, dungu, besar birahinya, sering mengantuk, tidurnya lama, doyan senggama, melakukan gamya gamana dan sebagainya.

BHUR LOKA adalah tempat berkumpulnya semua tattwa, yaitu Sapta Parwata (menyatu dengan Pertiwi), Sapta Arnawa (menyatu dengan Apah), Sapta Dwipa (menyatu dengan Teja), Dasa Bayu (menyatu dengan Bayu), Dasendriya (menyatu dengan Akasa).

SAPTA PARWATA terdiri dari Gunung Mulyawan, Nisada, Gandhamadana, Malayamahidhara Trisrengga, Windhya, dan Mahameru. SAPTA DWIPA terdiri dari Pulau Jambu, Kusa, Sangka, Salmali, Gomedha, Puskara, dan Kronca.

Obat dari Atma yang sengsara adalah melaksanakan Prayogasandhi dengan penerangan Samyajnana berdasarkan BRATA, TAPA, YOGA, SEMADHI. Pada waktu bersemadhi, Sanghyang Atma memuja Sanghyang Iswara, pada tingkat kesadaran tertentu Bhatara akan hadir dalam media semadhi itu.

PRAYOGASANDHI terdiri dari: Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, Tarka, dan Semadhi. Pertama-tama lakukan Asana untuk menyimpan SANGHYANG URIP. Setelah itu lakukan Pranayama untuk menjinakkan rajah dan tamah dalam pengaruh sattwa. Pratyahara yaitu menarik indriya semua objek kesenangan dikumpulkan dalam citta, buddhi, dan manah. Dan seterusnya.

Sanghyang Atma bisa berada dalam tingkat Kanista, Madya, dan Uttama. Bila Atma Uttama maka akan mendapatkan kepandaian dan kesadaran. Bila Atma Madya, maka sedang-sedanglah ia mendapatkan kepandaian dan kesadaran. Bila Atma Kanista, maka tidak mendapatkan kepandaian dan kesadaran.

Bila berada di alam JAGRA, maka atma menjadi sadar dan mengamati lingkungan, melihat objek yang ada dan tidak ada. Berada di alam TURYA, atma akan menjadi tenang dan damai, melihat dengan terang objek yang ada dan tidak ada, dapat mengatahui masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

Sang Yogiswara yang tekun akan memperoleh delapan KESIDDHYAN, yaitu: Anima, Laghima, Mahima, Prapti, Prakamya, Isitwa, Wasitwa, Dan Yatrakamawasyitwa.

 (IB. Wirahaji)

-------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar