TATTWA JNANA
Naskah
lontar Tattwa Jnana bercorak Siwaistis memuat ajaran-ajaran Siwa. Seloka dalam
lontar ini berbahasa Jawa Kuna. Tattwa Jnana artinya pegetahuan tentang Tattwa.
Kitab ini menuntun umat yang ingin bebas dari kesengsaraan dan reinkarnasi.
Sanghyang
JNANA TATTWA, inilah yang harus diketahui terlebih dahulu, yang menjadi dasar
semua tattwa. Dengan mengenali Sanghyang Jnana Tattwa, maka manusia dapat
memahami hidup dan kehidupan yang diterimanya sekarang.
Paham
dalam lontar ini bersifat dualisme, yaitu dengan adanya CETANA dan ACETANA.
Cetana adalah Siwa Tattwa, Acetana adalah Maya Tattwa. Siwa Tattwa terdiri atas
Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa, dan Atmika Tattwa. Sedangkan dari Maya
Tattwa lahir Pradhana Tattwa.
Pertemuan
Purusa dan Pradhana melahirkan CITTA dan GUNA. Citta adalah wujud kasarnya
Purusa. Guna adalah hasil dari pengaruh Purusa kepada Pradhana Tattwa. Guna
terdiri dari tiga jenis, Sattwa, Rajah, dan Tamah yang disebut TRI GUNA.
Hakikat
CITTA SATTWA adalah terang bercahaya, bijaksana, kasih sayang, bahagia, luhur
budinya, batin tak ternoda. Hakikat CITTA RAJAH pikirannya goncang,
terburu-buru, ambisi, congkak, cepat tersinggung, superior, pemarah dan
sebagainya. Hakikat CITTA TAMAH malas, enggan, kotor, dungu, besar birahinya,
sering mengantuk, tidurnya lama, doyan senggama, melakukan gamya gamana dan
sebagainya.
BHUR
LOKA adalah tempat berkumpulnya semua tattwa, yaitu Sapta Parwata (menyatu
dengan Pertiwi), Sapta Arnawa (menyatu dengan Apah), Sapta Dwipa (menyatu
dengan Teja), Dasa Bayu (menyatu dengan Bayu), Dasendriya (menyatu dengan
Akasa).
SAPTA
PARWATA terdiri dari Gunung Mulyawan, Nisada, Gandhamadana, Malayamahidhara
Trisrengga, Windhya, dan Mahameru. SAPTA DWIPA terdiri dari Pulau Jambu, Kusa,
Sangka, Salmali, Gomedha, Puskara, dan Kronca.
Obat
dari Atma yang sengsara adalah melaksanakan Prayogasandhi dengan penerangan
Samyajnana berdasarkan BRATA, TAPA, YOGA, SEMADHI. Pada waktu bersemadhi,
Sanghyang Atma memuja Sanghyang Iswara, pada tingkat kesadaran tertentu Bhatara
akan hadir dalam media semadhi itu.
PRAYOGASANDHI
terdiri dari: Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, Tarka, dan Semadhi.
Pertama-tama lakukan Asana untuk menyimpan SANGHYANG URIP. Setelah itu lakukan Pranayama
untuk menjinakkan rajah dan tamah dalam pengaruh sattwa. Pratyahara yaitu
menarik indriya semua objek kesenangan dikumpulkan dalam citta, buddhi, dan
manah. Dan seterusnya.
Sanghyang
Atma bisa berada dalam tingkat Kanista, Madya, dan Uttama. Bila Atma Uttama
maka akan mendapatkan kepandaian dan kesadaran. Bila Atma Madya, maka
sedang-sedanglah ia mendapatkan kepandaian dan kesadaran. Bila Atma Kanista,
maka tidak mendapatkan kepandaian dan kesadaran.
Bila
berada di alam JAGRA, maka atma menjadi sadar dan mengamati lingkungan, melihat
objek yang ada dan tidak ada. Berada di alam TURYA, atma akan menjadi tenang
dan damai, melihat dengan terang objek yang ada dan tidak ada, dapat mengatahui
masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Sang
Yogiswara yang tekun akan memperoleh delapan KESIDDHYAN, yaitu: Anima, Laghima,
Mahima, Prapti, Prakamya, Isitwa, Wasitwa, Dan Yatrakamawasyitwa.
(IB. Wirahaji)
-------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar