DAMPAK PENGOPERASIAN ANGKUTAN UMUM TRANS SARBAGITA
TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI, PENGHEMATAN ENERGI DAN KUALITAS
LINGKUNGAN
Ida Bagus Wirahaji
Fakultas Teknik Universitas
Hindu Indonesia
ABSTRAK
Daerah Denpasar, Badung, Gianyar dan
Tabanan (SARBAGITA) mengalami perkembangan yang lebih cepat daripada
daerah-daerah lainnya di Bali. Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
jumlah kepemilikan kendaraan pribadi, tidak bisa diimbangi dengan pertumbuhan
ruas jalan mengakibatkan wilayah SARBAGITA memiliki permasalahan transportasi
yang memerlukan penanganan yang serius.
Sebagai implementasinya Pemerintah
Provinsi Bali pada akhir tahun 2011 menyelenggarakan Angkutan Umum Trans
SARBAGITA, sebagai alternatif pergerakan dalam usaha mengatasi kemacetan lalu
lintas. Dalam tahap-tahap awal pengoperasiannya, menghadapi beberapa kendala,
antara lain: minimnya trayek pengumpan (feeder),
kemacetan yang terjadi di beberapa titik, overlapping
dengan trayek lain, kualitas halte, dan kondisi trotoar sebagai prasarana bagi
pejalan kaki.
Melalui sosialisasi yang gencar di
berbagai media maysarakat secara bertahap menyambut baik angkutan umum Trans SARBAGITA yang diselenggarakan dengan
standar layanan terukur. Pada Grafik perkembangan jumlah penumpang
menunjukkan adanya peningkatan. Jumlah penumpang yang meningkat berarti:
penggunaan kendaraan pribadi semakin berkurang (meskipun belum signifikan),
penghematan pemakaian energi (BBM) dan pengurangan pencemaran terhadap
lingkungan.
Kata Kunci: Dampak Trans SARBAGITA, Kendaraan pribadi,
Penghematan
Energi dan Kualitas
Lingkungan
1.
LATAR BELAKANG
Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali menjadi pusat
berbagai kegiatan yang memberi pengaruh kuat terhadap kabupaten lainnya, yaitu
Badung, Gianyar dan Tabanan. Realitas di lapangan, wilayah SARBAGITA ini
menjadi daerah yang mengalami perkembangan pesat. Pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat disertai dengan meningkatnya jumlah pendapatan setiap rumah
tangga menyebabkan meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi. Meningkatnya
kepemilikan kendaraan pribadi meningkat pula penggunaan kendaraan pribadi di ruas-ruas
jalan. Sementara pertumbuhan ruas jalan semakin kecil, sangat jauh bila
dibandingkan pertumbuhan jumlah kendaraan.
Sebagai daerah tujuan utama, jumlah pergerakan orang
keluar-masuk Bali tahun 2010 sebanyak 21.702.308 orang atau 59.458 orang/hari dengan
kenaikan dalam 12 tahun terakhir 6,62% per tahun (www.dishubin-kom.baliprov.go.id). Sementara kepemilikan kendaraan pribadi di wilayah SARBAGITA
semakin meningkat. Menurut Dinas Pendapatan Provinsi Bali 2012 kendaraan
pribadi di wilayah SARBAGITA sudah mencapai 1.292.838 kendaraan. Penggunaan kendaraan
pribadi 91.20% dengan kenaikan 10.89% per tahun. Sementara infrastruktur jalan
naik 1.99%/tahun. Tingginya penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan pemakaian
energi yang besar dan boros, serta memberi efek buruk terhadap kualitas
lingkungan.
Perkembangan transportasi menyebabkan perubahan fungsi lahan
yang cepat, pergerakan besar, dan pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak dapat
dihindari. Hasil sensus penduduk tahun 2010 untuk wilayah SARBAGITA adalah
sebesar 2.222.611 orang, dengan luas 1.754 km2 dan kerapatan sebesar 1.267 orang/km2
(BPS Bali, 2010). Kesemuanya itu membutuhkan sarana dan prasarana transportasi.
Sebagai jawaban atas kebutuhan sarana transportasi
Pemerintah Provinsi Bali pada akhir tahun 2011 meluncurkan pengoperasian Bus SARBAGITA.
Dasar penyelenggaraan angkutan umum Trans Sarbagita ini adalah: UU No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Perda No. 6 Tahun 2009 tentang
RPJPD Provinsi Bali Tahun 2005-2025, kesepakatan bersama Kemenhub dengan
Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sarbagita
Tanggal 6 desember 2010, Keputusan Gubernur Bali No. 1186/03-F/HK/2010 Tanggal
11 Nopember 2010 tentang Penetapan Jaringan Trayek, dan Peraturan Gubernur Bali
No. 12 Tahun 2011 Tanggal 11 April 2011 tentang Penetapan Standar Pelayanan
Minimal.
Undang-Undang No. 22 Pasal 139 mengamanatkan
bahwa Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota wajib menjamin
tersedianya angkutan umum orang dan barang. Dalam Perda No. 16 tentang RTRW
Bali Tahun 2009 – 2029 Daerah Bali Selatan seperti Denpasar, Badung, Gianyar
dan Tabanan ditetapkan sebagai Kawasan Metropolitan, Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
sekaligus Kawasan Strategis Nasional (KSN). Pada Pasal 22 (1) antara lain
disebutkan pengembangan sistem jaringan transportasi darat diarahkan pada
peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan angkutan umum. Dalam Peraturan Presiden
RI No. 45 Tahun 2011 juga ditetapkan kawasan Perkotaan Denpasar, Badung,
Gianyar dan Tabanan sebagai kawasan Metropolitan. Disebutkan dalam Pasal 17 (1)
sistem transportasi ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan pergerakan orang dan barang/jasa serta memfungsikannya sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara kondisi eksisting angkutan umum di Kota Denpasar
saat ini memiliki rute trayek terbatas (hanya 13 trayek) dan tidak ada
koneksitas antara trayek yang satu dengan trayek lainnya. Jadwal layanan dan
waktu tunggu tidak jelas (sering lebih dari 1 jam). Angkutan umum pada 13
trayek ini masih dikelola oleh perseorangan yang tidak mempunyai tanggung jawab
terhadap kualitas pelayanan kepada konsumen (masyarakat). Operatornya (sopir)
ngetem di sembarang tempat, kendaraannya sudah keropos dimakan usia, sudah
tidak nyaman dipakai, serta ongkosnya mahal (Rp. 5.000 sd Rp. 10.000).
Trans
SARBAGITA merupakan angkutan umum dalam trayek dengan Asal – Tujuan dan Rute
Tetap meliputi 17 Trayek Utama dan 36 Trayek Cabang/Ranting sebagai feeder, merupakan satu kesatuan sistem
jaringan pelayanan jasa transportasi massal di wwilayah SARBAGITA. Untuk Trayek
Utama menggunakan bus sedang, dan hanya pada ruas jalan tertentu menggunakan
bus besar. Trayek cabang/ranting menggunakan minibus atau mikrolet.
2.
RUMUSAN MASALAH
Pengoperasian
angkutan umum Trans SARBAGITA diharapkan dapat mengatasi masalah transportasi
secara umum di Kota Denpasar dan tiga Kabupaten (Badung, Gianyar dan Tabanan).
Dari kondisi eksisting sistem transportasi yang ada sekarang ini, maka untuk
menuju sistem transportasi yang memiliki aksesibilitas yang tinggi, maka perlu
ditinjau beberapa hal yaitu:
a.
Apa
saja potensi, kendala, limitasi, dan kritera pada pengoperasian angkutan umum Bus
SARBAGITA?
b.
Bagaimana
dampak pengoperasian angkutan umum Trans SARBAGITA terhadap penggunaan
kendaraan pribadi, penghematan energi dan kualitas lingkungan?
3.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan
angkutan jalan adalah kegiatan merencanakan, meng-organisasikan, memimpin, dan
mengendalikan sistem angkutan jalan untuk mencapai sistem pelayanan yang
efisien dan andal (Warpani, 2002). Karena sebagian besar produksi jasa
transportasi menyangkut hayat hidup orang banyak, maka harus dikelola oleh BUMN
atau Perusahaan Swasta. Untuk angkutan bus antar kota dapat dikelola oleh pihak
swasta, disamping sebagian diusahakan oleh BUMN. Angkutan bus dalam kota
dikelola bersama-sama oleh Perusahaan Swasta dan Badan Usaha Milik Negara
(Salim, 1995).
Pengelolaan
angkutan umum jalan ini diperuntukan melayani segala aktivitas penduduk kota.
Aktivitas penduduk kota, menurut Golani (dalam Miro, 1997) ada 5 (lima) profil perjalanan, yaitu: pemukiman, kawasan
tempat bekerja, pusat perbelanjaan, objek wisata, dan kompleks pendidikan. Pola
pembagian 5 (lima) kegiatan penduduk dapat membentuk klasifikasi perjalanan,
diperlihatkan pada Gambar 3.1. Dari 5 (lima) zona berdasarkan spasial secara
bertahap dapat diklasifikasikan perjalanan dapat diperhatikan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.1 Pola
Perjalanan Antar Zona
Sumber: Miro, 1997.
Gambar 3.2
Proses Pembagian Ruang Kota
Sumber: Miro, 1997.
Penentuan
jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek secara umum dapat dilihat
pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi trayek berdasarkan
ukuran kota
Sumber: Munawar,
2005.
4.
PEMBAHASAN
4.1
Potensi
Trans Sarbagita
mencakup 17 trayek utama dan 36 trayek feeder
(dalam kota/kabupaten) ke dalam satu kesatuan sistem jaringan pelayanan, dengan
koneksitas antar jaringan tinggi dan menjangkau seluruh wilayah SARBAGITA. Daftar
trayek utama Trans SARBAGITA dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
Jenis angkutan
yang dipergunakan disesuaikan dengan lebar/ruang jaringan jalan,
memberdayakan angkutan yang ada/kerjasama operasional dan tempat naik-turun
penumpang (halte) yang disediakan didesain untuk tujuan mendisiplinkan pengemudi maupun penumpang.
Armada yang digunakan umumnya adalah
mobil bus berkapasitas 35 penumpang terdiri dari 20 tempat duduk dengan
konfigurasi melingkar dan 15 tempat berdiri. Bus dilengkapi dengan pendingin
ruangan (AC), pramugara bus, informasi pelayanan (peta dan jadwal pelayanan).
Bus dirancang dengan ketinggian lantai (flatfoam)
80 cm dari permukaan jalan untuk menghindari penumpang naik/turun di sembarang
tempat. Penumpang hanya boleh naik/turun di halte-halte yan telah ditentukan
(Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi, 2012)
Bus Trans Sarbagita secara resmi mulai dioperasi pada Hari
Kamis, 18 Agustus 2011. Sehari setelah peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI
ke-66. Angkutan massal yang dikelola oleh Perum Damri Divisi Denpasar ini
melayani Koridor II, yaitu pergi mulai dari Terminal Batu Bulan (Gianyar) –
Tohpati (Denpasar) – Sanur (Denpasar) – Kuta Central Park (Badung) – Jimbaran
(Badung) – Nusa Dua (Badung). Bus mulai dioperasikan dari pagi pukul 05.00 Wita
sampai dengan 21.00 Wita.
Pada hari Jumat, 10 Agustus 2012 Bus Trans Sarbagita Koridor
I telah diluncurkan pertama kalinya. Meskipun di hari-hari permulaan
pengoperasiannya masih lengang penumpang, Bus Koridor I tahun 2012 ini
ditargetkan dengan load factor 25%
atau sekitar 750 penumpang per hari. Sementara itu, untuk biaya operasional
tahun ini dianggarkan Rp 2,1 miliar. Bus yang dioperasikan pada Koridor I ini
berukuran sedang, memiliki kapasitas tempat duduk 20 orang dan 15 tempat
berdiri. Adapun rute yang dilalui Bus adalah pergi dari GOR Ngurah Rai – Kampus
Unud di Bukit – GWK dan pulang dari GWK kembali ke GOR Ngurah Rai (http://beta.natanews.com/391/).
Tabel 4.1 Daftar Trayek Utama Trans SARBAGITA
Sumber: Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi, 2012
Gambar 4.1
Jaringan Trayek Angkutan Umum Trans SARBAGITA
Sumber: Surat
Keputusan Gubernur Bali No. 1186/03-f/Hk/2010
4.2
Kendala
Beberapa kendala yang dihadapi pada
saat dioperasikannya armada Bus Trans Sarbagita, adalah berupa kemacetan (congestion), kurangnya trayek pengumpan
(feeder), overlapping antar trayek, dan trotoar sebagai pendukung angkutan
umum. Titik-titik yang sering terjadi kemacetan seperti di seputar Pasar
Kreneng, Pasar Sanglah, Pasar Abian Timbul dan beberapa lokasi lainnya. Untuk
itu, aparat terkait seperti Dinas Perhubungan Denpasar dan Dinas Perhubungan
Bali diminta oleh Kepala Pengelola Angkutan Umum Trans SARBAGITA untuk
menyiagakan anggotanya di lapangan (di titik-titik rawan tersebut). Belum lagi
permasalahan vital dihadapi oleh daerah yang hanya memiliki ruas jalan yang tidak
terlalu lebar, yang akan dilalui oleh bus besar dengan kapasitas 40-60 orang.
Untuk mendukung pengoperasian Bus
pada rute Koridor I dan II diperlukan trayek-trayek pengumpan (feeder) baik trayek cabang maupun trayek
ranting. Sampai saat ini baru 6 (enam) trayek pengumpan yang dioperasikan,
yaitu 4 trayek pengumpan di Kota Denpasar dan 2 di Kabupaten Badung. Sedikitnya
trayek pengumpan yang dioperasikan ini menjadi kendala bagi masyarakat untuk
menggunakan agkutan bus Tran SARBAGITA Koridor I maupun Koridor II.
Trayek pengumpan di Kota Denpasar
dibuka mulai 5 Oktober 2012, diberi kode TP 01 (GOR Ngurah Rai – Renon, TP 02
(Matahari Terbit – Simpang Enam Teuku Umar). TP 03 (Simpang Enam Teuku Umar –
Pemogan – SMA 5 Denpasar) dan TP 04 (Suci – SMA 2 Denpasar – Sidakarya). Trayek
pengumpan di Kabupaten Badung resmi dibuka oleh Bupati Badung A A Gde Agung
pada hari Kamis, 13 Oktober 2012. Trayek Pengumpan I melayani GWK – Tanjung
Benoa PP dan Trayek Pengumpan II melayani Kelan – Kedonganan – Uluwatu PP.
Bus Sarbagita yang dioperasikan pada
koridor I juga mengalami kendala overlaping
di Jl. Diponogoro dengan enam trayek angkutan Kota Denpasar. Rute Koridor I,
berangkat dari Halte SMAN 7 (Jl. Kamboja) – Jl. Angsoka – Jl. Melati – Jl.
Kapten Agung – Jl. Letda Made Putra – Jl. PB Sudirman – Jl. Waturenggong – Jl.
Diponogoro – Jl. Raya Sesetan – Jl. Bypass Ngurah Rai – Dewa Ruci – Jl. Bypass
Nusa Dua – Jl. Udayana/ Kampus Unud Bukit – Jl. Raya Uluwatu – GWK. Kembali: GWK
– Jl. Raya Uluwatu – Jl. Udayana – Jl. Kampus Bukit – Bypass Nusadua – Dewa
Ruci – Jl. Pesanggaran – Jl. Raya Sesetan – Jl. Diponogoro – Jl. Serma Durna –
Jl. Serma Made Pil – Jl. Serma Mendra – Jl. PB Sudirman – Jl. Dewi Sartika –
Jl. Diponogoro – Jl. Hasanudin – Jl. Udayana – Jl. Surapati – Jl. Kamboja – Jl.
Angsoka – Jl. Melati – Jl. Patimura – Halte SMAN 7. Enam trayek dalam Kota
Denpasar yang overlaping adalah
sebagai berikut:
1.
Trayek Tegal – Semawang. Panjang 16
km, kode armada G, warna biru strip putih.
2.
Trayek Suci – Benoa. Panjang 10.8
km, kode armada S4, warna abu-abu.
3.
Trayek Suci – Semawang. Panjang 8.6
km, kode armada S7, warna abu-abu strip kuning..
4.
Trayek Suci – Suwung Kauh. Panjang
14.0 km, kode armada S8, warna abu-abu strip hijau..
5.
Trayek Ubung – Sanglah. Panjang 11.5
km, kode armada US, warna bru setrip kuning.
6. Trayek Kreneng – Sanglah. Panjang
9.0 km, kode armada KS, warna biru strip hitam.
4.3
Limitasi
Bali
memiliki budaya yang unik. Tidak seperti daerah-daerah lainnya, dimana
keberadaan jalan layag tidak dipermasalahkan. Di Bali, dengan lahan yang
sedemikian sempit, masyarakat belum dapat menerima keberadaan jalan layang.
Akibatnya, jalan harus dibangun di permukaan tanah pada lahan yang terbatas.
Sebagai
contoh, jalan By Pass Prof IB Mantra yang menghubungkan Tohpati – Kusamba
sepanjang 22 km, yang semula direncanakan sebagai jalan layang di atas
permukaan tanah (di atas sawah) tidak disetujui oleh tokoh-tokoh agama di Bali.
Jalan akhirnya dibangun pada permukaan tanah. Dan dalam waktu singkat
sawah-sawah disekitar jalan tersebut beralih tangan, berganti pemilik. Kalau
saja, dibangun sesuai rencana semula – jalan layang di atas sawah – maka areal
persawahan di bawahnya akan ‘selamat’, tidak mempunyai akses ke jalan By Pass, dan investor pun tidak akan
tertarik membeli tanah-tanah sawah tersebut.
Demikian
juga, perencanaan Simpang Dewa Ruci yang sekarang sedang dikerjakan (under contruction). Perencanaan Simpang
Dewa Ruci yang semula berupa overpass
dan underpass tidak sepenuhnya dapat diterima.
Bagian overpass ditolak, sehingga hanya
menjadi Underpass Dewa Ruci.
Konstruksi underpass ini akan
menyulitkan pemeliharan dan dengan sendirinya biaya pemiliharaan akan lebih
besar.
Di
samping itu, upacara di Bali seperti ngaben,
melasti, memukur, ngiring Ida Bhatare Lunga dan lain sebagainya juga sering
memacetkan ruas-ruas jalan di Bali. Upacara yang disertai prosesi iring-iringan
ini memakai setengah bahkan badan jalan sepenuhnya. Piodalan atau pujawali
kerap memakai badan jalan untuk menempatkan panggungan.
Demikian juga dalam upacara manusa yadnya
menggunakan setengah badan jalan untuk menempatkan tamu undangan. Pengaturan
lalu lintas pun hanya memakai jasa pecalang setempat, yang terkadang emosional.
Selain
frekuensi upacara agama yang dilakukan di Bali – yang sering menyebabkan kemacetan – pertumbuhan
prasarana jalan dan kendaraan bermotor pun tidak seimbang. Menurut Dinas
Perhubungan Provinsi Bali, perbandingan pertumbuhan prasarana jalan dengan
kendaraan bermotor seperti terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar
4.2 Perbandingan pertumbuhan prasaranan jalan dengan kendaraan bermotor.
Sumber:
Dinas Perhubungan Provinsi Bali, 2010.
4.4
Alternatif
Alternatif
kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pengoperasian bus Trans
SARBAGITA adalah penyesuaian trayek angkutan kota. Penyesuaian ini bukan
merupakan usaha untuk peremajaan, tetapi untuk merelokasi angkutan-angkutan
tersebut untuk membuat trayeknya tidak bersamaan dengan trayek bus SARBAGITA.
Sebab jika bersamaan, dikuatirkan para pengemudi angkutan tersebut akan semakin
tidak mendapat penumpang.
Minimnya jumlah
pengguna jasa angkot di Denpasar, membuat perkembangan angkot semakin menurun.
Dari 1.047 unit angkot yang terdata, hanya 300 unit yang masih beroperasi.
Sisanya mungkin beralih fungsi sebagai angkutan lain atau tidak berfungsi (http://bali.antaranews.com).
Alternatif lain yang dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya transportrasi darat serta
mendukung operasional Trans SARBAGITA, adalah membentuk Unit Pelayanan
Terpadu (UPT) Pelayanan Transportrasi Darat. Hal ini disamping untuk mengurangi
kemacetan lalu lintas juga untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam
menggunakan angkutan umum. Melalui UPT ini dapat segera menyelenggarakan
angkutan pengumpan (feeder) sampai ke
pelosok-pelosok untuk mendukung Trans SARBAGITA.
4.5
Kriteria
Pelayanan
angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan
antara ketersediaan dan permintaan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu turun
tangan dalam hal ini dan menetapkan beberapa kriteria. Kriteria angkutan umum
ditunjukkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kriteria
Angkutan Umum
Sumber: Harries,
1976 dalam (Salim, 1995).
Selain
itu, pemerintah melalui Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tahun
2002 mengeluarkan pedoman kualitas pelayanan angkutan umum di wilayah perkotaan
dalam trayek tetap dan teratur, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Pedoman Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
di Wilayah
Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur.
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat, 2002.
Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan RI memberikan batasan
efektif dan efisien sebagai berikut (Warpani, 2002):
1.
Efektif
mengandung arti:
a.
Kapasitas
mencukupi,
prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa;
b.
Terpadu, antarmoda dan
intrmoda dalam jaringan pelayanan;
c.
Tertib,
menyelenggarakan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
norma yang berlaku di masyarakat;
d.
Tepat dan
teratur,
terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang andal, sesuai dengan jadwal dan ada
kepastian;
e.
Cepat dan lancar,
menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu singkat, indikator antara lain
kecepatan arus per satuan waktu;
f.
Aman dan nyaman, dalam arti
selamat terhindar dari keclakaan, bebas dari gangguan eksternal, terwujud
ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
2.
Efisien
mengandung arti:
a.
Biaya
terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli
masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup pegusaha pelayanan
jasa nagkutan;
b.
Beban
publik rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh maysarakat sebagai
konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan harus minimal, misalnya: tingkat
pencemaran minimal;
c.
Kemanfaatan
tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem perangkutan yang dapat
dinyatakan dalam indikator tingkat muatan penumpang maupun barang, tingkat
penggunaan prasarana dan sarana.
Dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pergerakan, jaringan trayek Trans
SARBAGITA yang terdiri dari 17 trayek utama, dibagai dalam 3 kriteria
pelayanan, yaitu (Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi, 2012):
1. Pelayanan
Komuter, berorientasi pada pergerakan bagi pekerja dan pelajar yang
menghubungkan kawasan pemukiman dengan pusat-pusat perdagangan, pelayanan jasa,
dan pendidikan.
2. Pelayanan
Wisata, berorientasi pada pergerakan bagi wisatawan yang menghubungkan antar
kawasan atau objek wisata di kawasan SARBAGITA. Pelayanan hanya terhenti pada
objek-objek wisata dan lokasi-lokasi transfer point dengan pelayanan Komuter.
3. Pelayanan
Bandara, berorientasi pada pergerakan bagi wisatawan yang menghubungkan antara
Bandara dengan kawasan perhotelan utama, seperti Sanur, Nusa Dua dan Kuta.
4.6
Dampak
Seperti
diketahui, transportasi publik diselenggarakan dalam rangka menyediakan pilihan
pergerakan bagi masyarakat, sebagai langkah
awal dalam mengurangi jumlah kendaraan di jalan dan ketertiban lalu lintas jalan
umum. Proyek transportasi publik, secara umum memberikan dampak yang positif
terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan
pengurangan emisi gas. Ukuran manfaat lingkungan yang diharapkan dari adanya
Program
Trans SARBAGITA dapat meningkatkan citra inisiatif publik. Sebagai proyek
besar, sebuah studi dampak lingkungan diperlukan untuk mengkaji analisis dampak
lingkungan proyek, Pengurangan emisi kendaraan bermotor diharapkan akan menjadi
keuntungan yang utama. Namun, sistem juga akan mengurangi tingkat kebisingan
secara keseluruhan dan juga mengurangi limbah padat maupun cair. Program Trans
SARBAGITA ini, diharapkan dapat mengurangi emisi kendaraan atau mengurangi
polusi.
Masyarakat secara bertahap menyambut
baik angkutan umum Trans
SARBAGITA yang diselenggarakan dengan standar
layanan terukur. Melalui sosialisasi yang
terus menerus dari berbagai media, jumlah penumpang menunjukkan adanya
peningkatan. Grafik perkembangan penumpang rata-rata harian diperlihatkan pada
Gambar 4.3. Dapat dilihat dari jumlah penumpang pada Koridor II Batu Bulan –
Nusa Dua, Tahun 2011= 205.101 0r (rata-rata=1.508 or/hr), naik pada Semester I
Tahun 2012 = 347.464 or (rata-rata = 1.909 0r/hr). Pengguna
Jalan Batubulan-Nusadua yang telah beralih menggunakan angkutan
umum Trans SARBAGITA (Penumpang
tetap) = 1.862 Orang/Hari.
Dengan capaian jumlah penumpang tetap seperti tersebut
diatas, maka telah berkurang pergerakan kendaraan = 932 bh/hr
(spd mtr = 652 bh, mobil = 280 buah) dengan asumsi setiap
kendaraan mengangkut = 2
0r, ekivalen efisiensi penggunaan BBM = 2.023
Ltr/Hr = 60.690 ltr/bln (asumsi penggunaan BBM untuk S. Motor : 1 : 40 km
dan untuk Mobil : 1 : 10 km.
Telah terjadi pengurangan CO2, dan mendukung
program Bali Go Green.
Gambar 4.3 Perkembangan penumpang rata-rata
harian
Sumber: Dinas perhubungan
Informasi dan Komunikasi, 2012.
5.
SIMPULAN
Angkutan Umum
Trans SARBAGITA ibarat seperti embrio sebagai alternatif pergerakan dalam
mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di Denpasar, Badung, Gianyar dan
Tabanan. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam pengoperasian Angkutan
Umum Trans SARBAGITA, yaitu:
1.
Kondisi
eksisting angkutan umum di Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan sangat buruk.
2.
Beberapa
kendala yang dihadapi dalam pengoperasian Bus Trans SARBAGITA adalah:
a.
Kurangnya
trayek pengumpan (feeder) yang
mengantar penumpang ke halte.
b.
Kemacetan
yang sering terjadi di beberapa titik, yang memperlambat waktu tempuh armada
Trans SARBAGITA.
c.
Adanya
overlapping 6 (enam) trayek pada ruas
jalan Diponogoro Denpasar.
d.
Kondisi
trotoar yang tidak mendukung pejalan kaki.
3.
Dari
grafik perkembangan penumpang, terlihat adanya peningkatan jumlah penumpang,
yang berarti:
a.
Pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi.
b.
Penghematan
bahan bakar minyak, dan
c.
Pengurangan
emisi gas buang kendaraan.
d.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Bali 2010 tentang
Luas Wilayah, Jumlah rumah Tangga, dan Jumlah Penduduk Hasil Sensus Penduduk
2010 Menurut Kabupaten/Kota di Bali.
Dinas
Perhubungan Informasi dan Komunikasi. 2012. Pengembangan
Angkutan Umum Trans SARBAGITA.
Dinas Pendapatan
Provinsi Bali. 2012. Keadaan Data Objek Kendaraan Bermotor di
Wilayah Sarbagita per 31 Desember 2011.
Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.687/AJ.206/DRJD/ 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur.
Miro, Fidel.
1997. Sistem Transportasi Kota.
Bandung: Transito.
Munawar, A.
2005. Dasar-Dasar teknik Transportasi.
Editor: Mukhlis Barozy. Yogyakarta: Beta Offset.
Peraturan Daerah
Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009 – 2029.
Peraturan
Presiden RI No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar Dan Tabanan.
Salim, H.A.A.
1995. Manajemen Transportasi. Cetakan
kedua. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.
Surat Keputusan
Gubernur Bali No. 1186/03-f/Hk/2010 tentang penetapan Trayek Utama trans
SARBAGITA.
Undang-Undang
(UU) No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
Warpani, S.P.
2002. Pengelolaan lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sumber Internet:
http://www.dishubinkom.baliprov.go.id/informasi/2012/2/angkutan-umum-trans-sarbagita.
http://beta.natanews.com/391/Hari Pertama, Bus Sarbagita Koridor I Sepi Penumpang.
http://bali.antaranews.com/berita/8184/dishub-denpasar-akan-ubah-trayek-angkot