APLIKASI METODE STATISTIK REGRESI LOGISTIK PADA PEMODELAN KEPEMILIKAN
SEPEDA MOTOR PADA RUMAH TANGGA DI SEPANJANG
KORIDOR TRAYEK TRANS SARBAGITA
ABSTRAK
Tingginya kepemilikan sepeda motor
berdampak langsung pada masyarakat dalam menggunakan angkutan umum. Oleh karena
itu, studi mengenai kepemilikan sepeda motor sangat penting. Data yang
digunakan adalah komposisi keluarga (jumlah anggota, pekerja dan
pelajar/sekolah/mahasiswa, dan jumlah yang bukan pekerja dan
pelajar/sekolah/mahasiswa), tujuan perjalanan (kantor, sekolah dan pusat
perbelanjaan) dan pendapatan keluarga. Perangkat lunak seperti Statistical Package for Social Science
(SPSS) versi 20 digunakan untuk penyusunan model regresi logistik.
Hasil dari penelitian kepemilikan
sepeda motor pada rumah tangga di sepanjang koridor pada 2 (dua) rute Trayek
Trans Sarbagita dengan jumlah 253 data adalah dari sisi sosial-ekonomi dan
demografi penduduk. Prosentase tertinggi pendapatan adalah keluarga lebih besar
dari Rp 3.000.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- sebesar 40,7%, sedangkan
pendapatan terendah lebih kecil dari Rp 3.000.000,- dengan prosentase sebesar
39,9%, sementara yang berpenghasilan diatas Rp 5.000.000,- sebesar 19,4%.
Kepemilikan 1 - 2 unit sepeda motor mempunyai prosentase tertinggi yaitu 67,6%,
sedangkan kepemilikan lebih dari 2 unit sepeda motor adalah 32,4%. Adapun
bentuk model pemilihan moda dari kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga di
sepanjang koridor pada 2 (dua) rute Trayek Trans Sarbagita adalah:
In = 0,915-0,824*JmlAnggotaKel(1)-2,531*Pekerja(1)-
1,200*Pelajar(1)+1,200*BknPekPel(1)-0,474*PerBek(1)+0,504*PerSek(1)+0,003*BknPerBekPel(1)+0,575*Pendapatan(2)
Untuk probabilitas dari
masing-masing variabel yang berpengaruh terhadap kepemilikan sepeda motor pada
rumah tangga di sepanjang koridor pada 2 (dua) rute Trayek Trans Sarbagita pada
tingkat 5% atau dengan kepercayaan 95% adalah jumlah anggota keluarga > 4
orang dibandingkan dengan anggota keluarga ≤ 4 orang, lebih besar 56,1%
(0,439-1), jumlah anggota keluarga yang bekerja > 2 orang dibandingkan
dengan anggota keluarga yang bekerja ≤ 2 orang, lebih besar 99,92% (0,080-1).
Kata Kunci: Pendapatan Rumah Tangga,
Kepemilikan Sepeda Motor, Regresi Logistik.
LATAR BELAKANG
Sebagai wujud
nyata dalam usaha mengatasi kemacetan lalu lintas, Pemerintah Provinsi Bali
dalam hal ini Dinas Perhubungan Provinsi Bali telah menetapkan Jaringan Trayek
Angkutan Umum Trans Sarbagita melalui Surat Keputusan Gubernur No. 1186/03-f/HK
Tahun 2010. Trayek Trans Sarbagita terdiri dari 17 (tujuh belas) Trayek Utama
dan 36 (tiga puluh enam) Trayek Cabang.
Pada tanggal 18 Agustus 2011 untuk pertama kalinya dioperasikan armada Bus
Trans Sarbagita pada Trayek Batu Bulan -
Nusa Dua PP Via Sentral Parkir Kuta. Trayek ini membutuhkan kendaraan 14 (empat
belas) unit kendaraan dengan menempuh jarak 68,80 km. Sementara itu, pada
tanggal 10 Agustus 2012 diluncurkan lagi armada bus Trans Sarbagita untuk
Trayek Kota - GWK (Garuda Wisnu Kencana) PP sebanyak 10 unit kendaraan dengan
menempuh jarak 44,20 km.
Sementara itu, sepeda motor merupakan suatu alat
transportasi yang murah dan mendominasi moda transportasi di wilayah Sarbagita.
Sekitar hampir 85 % dari semua moda yang bergerak di ruas jalan di wilayah ini merupakan
sepeda motor (BPS Bali, 2011). Sebagai moda transportasi, sepeda motor memiliki
beberapa keunggulan yang menguntungkan penggunanya yaitu murah, hemat bahan
bakar, lincah bermanuver saat terjadi kemacetan dan pelayanannya bersifat door
to door. Sepeda motor secara signifikan dapat mengurangi minat
masyarakat untuk menggunakan angkutan massal dan moda berkelanjutan lainnya
seperti berjalan kaki atau naik sepeda (Prabnasak, et.al, 2011).
Metode statistik yang dipakai untuk pemodelan kepemilikan sepeda motor
ini adalah regresi logistik (logistic
regression). Regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi,
dimana variabel terikatnya merupakan variabel dikotomi/binary (Widaryono,
2010). Variabel dikotomi terdiri dari 2 (dua) nilai, diberi angka 0 dan 1, yang
mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian. Regresi logistik
sebenarnya mirip dengan regresi berganda, hanya saja variabel terikatnya
merupakan variabel yang memiliki 2 (dua) buah nilai, yaitu 0 dan 1. Sementara
dalam regresi berganda variabel
terikatnya merupakan variabel kontinyu.
Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang koridor 2 (dua) Trayek Trans
Sarbagita, yaitu Trayek I: Terminal Mengwi - Pelabuhan Benoa PP Via Kota dan
Trayek II: Sanur - Petitenget PP Via Nitimandala. Dipilihnya kedua trayek ini
sebagai lokasi penelitian, karena pada lokasi di kedua trayek dan pada semua
Trayek Trans Sarbagita belum ada penelitian tentang pemodelan kepemilikan
sepeda motor. Selain itu, pada kedua trayek tersebut merupakan daerah yang berkembang
dengan tipe penduduk yang lebih heterogen.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pada kedua
koridor trayek tersebut, yaitu:
1.
Bagaimanakah
karakteristik sosial ekonomi dan demografi penduduk di koridor trayek tersebut?
2.
Bagaimanakah
model kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga di koridor trayek tersebut?
3.
Bagaimanakah
probabilitas pengaruh variabel bebas terhadap kepemilikan sepeda motor pada
rumah tangga di koridor trayek tersebut?
BATASAN PENELITIAN
Untuk mencegah
pembahasan yang menyimpang dari tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini
dibatasi beberapa hal, yaitu:
1.
Karena
variabel terikat berupa data kategorik, maka penelitian hanya menggunakan
metode statistik Regresi Logistik.
2.
Data
variabel bebas yang diperhitungkan adalah: jumlah anggota keluarga, jumlah
anggota keluarga yang bekerja, jumlah anggota keluarga yang
sekolah/pelajar/mahasiswa, jumlah anggota keluarga yang bukan pekerja dan
sekolah/pelajar/mahasiswa, jumlah perjalanan bekerja, jumlah perjalanan
sekolah/pelajar/mahasiswa, bukan perjalanan pekerja dan
sekolah/pelajar/mahasiswa dan pendapatan rumah tangga per bulan.
3.
Hanya
mengkaji 2 (dua) koridor Trayek Utama Trans Sarbagita dari 17 trayek yang
ditetapkan. Kedua Trayek tersebut adalah: Trayek I (Terminal Mengwi - Pelabuhan
Benoa PP Via Kota), Trayek II (Sanur - Petitenget PP Via Nitimandala).
4.
Semua
data yang dikaji adalah data sekunder.
KONSEP PEMODELAN
TRANSPORTASI
Menurut
Siregar dalam Setiawati (2009), karakteristik model yang baik sebagai ukuran
untuk mencapai tujuan dari model itu adalah:
1.
Mempunyai
tingkat generalisasi yang tinggi. Kemampuan model untuk memecahkan masalah akan
semakin tinggi bila tingkat generalisasinya makin tinggi.
2.
Mempunyai
mekanisme transparansi. Model dapat menerangkan kembali tanpa ada hal-hal yang disembunyikan.
3.
Mempunyai
potensi yang dikembangkan. Model dapat memacu peneliti lainnya untuk melakukan
pemodelan yang lebih lanjut atau mengembangkan model tersebut dalam memecahkan
suatu masalah.
4.
Mempunyai
kepekaan terhadap asumsi. Proses pemodelan akan lama dan akan selalu menerima
celah-celah masuknya asumsi-asumsi baru.
Dalam
perencanaan transportasi pada tahap pemilihan moda (modal choice) tidak terlepas dari kepemilikan kendaraan pribadi,
baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, baik kendaraan roda dua maupun
kendaraan roda empat. Seseorang akan dapat melakukan pilihan menggunakan
kendaraan pribadi apabila telah memiliki kendaraan pribadi yang siap dipakai.
Pilihan melakukan pergerakan dengan menggunakan kendaraan pribadi semakin
banyak, yang membuat volume lalu lintas makin padat, dan seringkali menimbulkan
kemacetan.
Kalibrasi
Bila di dalam
regresi linear dipakai kuadrat terkecil (least
squares) yang digunakan untuk estimasi parameter model, maka di dalam
regresi logistik digunakan adalah prinsip estimasi maximum likelihood (ML). Prinsip maximum likelihood ini adalah
parameter populasi diestimasi dengan cara memaksimumkan kemungkinan (likelihood) dari data observasi. Dengan
kata lain, prinsip ini menentukan koefisien variabel bebas dalam regresi
sebesar mungkin, sehingga probabilitas atau peluang kejadian dari variabel
respon menjadi sebesar mungkin.
Besarnya
probabilitas yang memaksimumkan suatu kejadian sebagai variabel terikat dsebut
dengan log of likelihood (LL). Jadi
LL merupakan ukuran akurasi garis regresi logistik di dalam metode maximum likelihood. Likelihood merupakan
suatu fungsi dari data dan parameter model. Jika terdapat data biner, maka
bentuk dari likelihood adalah sebagai berikut:
a.
Yi
= 1, dengan probabilitas pi
b.
Yi
= 0, dengan probabilitas 1 - pi
Jika untuk setiap Yi =
1, dengan probabilitas pi dan Yi = 0, dengan probabilitas
1 - pi, maka bentuk umum dari likelihood adalah Rumus 2.1 sebagai
berikut:
..................................................................
(2.1)
Fungsi logistik linear dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara probabilitas dan variabel Xi seperti Rumus 2.2,
sebagai berikut:
..............................................................................
(2.2)
dan ..........................................................................
(2.3)
Dengan menggunakan kedua persamanaan,
yaitu Rumus 2.2 dan Rumus 2.3 dimasukkan pada Rumus 2.1, maka diperoleh Rumus
2.4.
.........................................................................
(2.4)
Log-likelihood dari data biner di dalam suatu model regresi
logistik adalah seperti Rumus 2.5, sebagai berikut:
............. (2.5)
Validasi
Validasi
merupakan langkah yang penting dalam pemodelan. Tujuan dari validasi model
adalah untuk mengukur sejauh mana hasil model mendekati kondisi
sebenarnya. Semakin dekat hasil model dengan data lapangan, semakin valid
model tersebut dalam menggambarkan kondisi lapangannya. Pengujian validitas
atau kecocokan/kesesuaian (goodness of
fit) mengetes apakah frekuensi nyata (hasil pengamatan/obeservasi) sesuai (fit) dengan frekuensi harapan (fh atau
fe: frequencies of expected). Langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut (Sudaryono, 2012):
1.
Menentukan
Ho dan Ha
Ho
: fo = fh (fo dan fh sesuai/fit)
Ha
: fo ≠ fh (fo dan fa tidak sesuai atau tidak fit)
2.
Menentukan
level of confidence
Taraf
keyakinan atau selang kepercayaan dapat digunakan sebesar 80%, 90%, 95%, 98%,
dan 99%. Misalnya selang kepercayaan 95%, artinya peneliti percaya dengan
tingkat kepercayaan 95% nilai parameter diduga berada dalam selang tersebut.
3.
Kriteria
batas penerimaan dan penolakan dengan Two
Tailed (Dua Pihak)
Daerah
penerimaan sesuai Gambar 01 berfungsi sebagai alat estimasi atau prediksi.
Sementara daerah penolakan berfungsi sebagai alat uji hipotesis.
Gambar
01 Kurva Batas Penerimaan dan Penolakan
Sumber:
Supangat (2010)
Pada penelitian
ini dipakai pengujian dua pihak (two
tailed) dengan taraf signifikansi (α) sebesar 5%, maka selang kepercayaan
adalah 1- α = 95%, seperti terlihat pada Gambar 2.1. Ini berarti (Supangat, 2010):
4.
Pengujian
dengan menggunakan rumus 2.6, sebagai berikut:
............................................................................
(2.6)
Dimana:
X
= jumlah proporsi sampel
N = jumlah populasi sampel
5.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengujian dan kriteria pengujian, dapat ditentukan Ho diterima atau ditolak.
Probabilitas
Probabilitas
atau peluang adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu
kejadian. Nilainya diantara 0 dan 1. Kejadian yang mempunyai nilai probabilitas
1 adalah kejadian yang pasti terjadi. Sedangkan suatu kejadian yang mempunyai
nilai probabilitas 0 adalah kejadian yang tidak mungkin terjadi (Wikipedia,
2013c). Semakin kecil nilai probabilitas suatu peristiwa (mendekati 0), semakin
kecil kesempatan (kemungkinan) peristiwa tersebut akan terjadi. Sebaliknya,
semakin besar nilai probabilitas (mendekati 1), semakin besar kesempatan
(kemungkinan) peristiwa tersebut akan terjadi.
Teori probabilitas diawali dengan
penelitian terhadap permainan judi seperti rolet, kartu, dadu, dan lain
sebagainya yang kemudian dilanjutkan pada penelitian terjadinya dugaan yang
keliru di dalam bisnis dan aspek-aspek lain di dalam kehidupan. Probabilitas
juga merupakan konsep yang menyatakan perhitungan secara numerik dari suatu
tingkat ketidakpastian dan juga kepastian terjadinya suatu peristiwa (Anton,
2002).
Regresi Logistik
Regresi logistik adalah analisis
regresi yang digunakan ketika variabel terikat (respon) merupakan variabel
dikotomi atau kategorik. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua
nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya
diberi angka 0 atau 1. Regresi
logistik merupakan regresi non linear, dengan kata lain regresi logistik tidak
mengasumsikan hubugan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara
linear. Variabel bebas dan variabel terikat akan mengikuti kurva pada Gambar 02
(Ariyoso, 2009):
Gambar 02 Kurva Regresi Linear
dan Regresi Logistik
Sumber: Ariyoso (2009)
Berdasarkan data
bivariat (X,Y) dimana X adalah variabel numerik atau variabel 0 - 1 dan Y
adalah variabel respon 0 - 1, dapat diperlihatkan model regresi dalam bentuk
umum, seperti Rumus 2.15, sebagai berikut (Washington, et.al, 2003):
...........................................................
(2.15)
Dimana:
=
proporsi skor/nilai , di dalam populasi di
antara
semua skor/nilai 0 - 1 yang mungkin.
Besaran sering dinyatakan sebagai peluang atau
probabilitas peristiwa yang ditentukan oleh skor Y = 1. Misalnya, jika seorang
individu dipilih secara random dari populasi tertentu. sebenarnya menyatakan proporsi atau peluang
bersyarat, yang secara lengkap seharusnya ditulis seperti Rumus 2.16, sebagai
berikut:
............................................................................
(2.16)
Sehingga jelaslah bahwa
dengan menerapkan model logistik berdasarkan data tertentu, termasuk dengan
data bivariat (X,Y) tersebut di atas, bertujuan untuk memperkirakan atau
mengestimasi besarnya proporsi Y = 1, di dalam proporsi yang bersangkutan.
Berkaitan dengan model
regresi univariat pada umumnya, model regresi logistik Rumus 2.17, dapat juga
ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
...............................................................................
(2.17)
........................................................................
(2.18)
2.1
Variabel Diskret
Variabel diskret
sering dinyatakan dalam kategori. Variabel diskret sering juga disebut variabel
nominal atau variabel kategorik. Apabila terdapat 2 (dua) kategori disebut dikotomi.
Misalnya, variabel jenis kelamin, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Apabila lebih dari 2 (dua) kategori disebut politomi. Misalnya, korban
kecelakaan yang terdiri dari 3 (tiga) kategori, yaitu luka ringan, luka berat,
dan meninggal dunia. Sementara itu variabel kontinyu adalah variabel yang
nilainya dalam jarak tertentu dan dengan pecahan yang tidak terbatas. Misalnya,
variabel kecepatan laju sepeda motor di jalan raya, yaitu 50 km/jam, 61,5
km/jam, dan seterusnya.
Regresi logistik
tidak hanya mengasumsikan variabel terikat bersifat dikotomi, tetapi juga
variabel biner (binary), yaitu diberi
kode 0 dan 1. Kode ini harus berupa bilangan numerik dan bukan tekstual
(string) dan merupakan suatu keharusan bahwa kode dengan bilangan 0 berarti
kejadian tidak ada dan kode dengan blangan 1 berarti kejadian itu ada
(Washington et.al, 2003).
Tiap-tiap
variabel bebas dalam uji hipotesis untuk membuktikan keberartiannya menggunakan
Rumus 2.19 selang kepercayaan untuk proporsi populasi, yaitu:
....................................................................................
(2.19)
Dimana:
= proporsi sampel
= 1 –
= nilai variabel standar normal (Z) dengan area ‘tails’ adalah
Rumus
2.19 dipakai untuk menghitung selang kepercayaan (95%) dari proporsi sampel.
Variabel yang memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (5%) maka variabel
tersebut tidak signifikan. Uji signifikansi dapat menyeleksi variabel bebas
desain yang terdapat pada variabel dummy.
METODE PENELTIAN
Seperti
halnya disiplin ilmu lainnya, penelitian di bidang transportasi memerlukan
prosedur atau tahapan-tahapan yang logis, sehingga menghasilkan kesimpulan yang
bisa diterima secara logis pula. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini
seperti terlihat pada Gambar 03 di bawah ini:
Gambar 03 Tahapan-Tahapan Penelitian
Variabel Dummy dan Uji Signifikansinya
Berdasarkan dari
data yang diperoleh, kemudian dihitung prosentase untuk masing-masing
klasifikasi dari faktor-faktor pemilihan moda. Prosentase ini digunakan dalam
reduksi variabel dummy, dimana reduksi bermanfaat untuk mengeliminasi variabel
dummy yang prosentasenya tidak mempunyai signifikansi 5%. Prosedur
pengeliminasian menggunakan uji hipotesis adalah:
H0 :
pi = 0 dan,
Ha :
pi ≠ 0 dengan menggunakan Rumus 2.19
Dari Tabel 4.13
terlihat bahwa variabel bebas diskrit diuji signifikansinya dengan uji
hipotesis. Dari hasil uji hipotesis tersebut terlihat bahwa semua kategori
variabel bebas diskrit signifikan secara statistik. Hal ini dapat dilihat dari
tidak adanya batas bawah 95% selang kepercayaan untuk setiap kategori variabel
bebas yang bernilai nol (0). Konsekuensinya semua variabel bebas diskrit dapat
digunakan sebagai faktor penduga di dalam model.
Tabel 4.13 Uji Signifikansi Kategori Variabel Bebas Dummy
Sumber: Analisis Data (2013)
Dimana:
X = Jumlah klasifikasi yang timbul
n =
Jumlah data/sampel
Dari
data sampel pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa kelompok rumah tangga yang
mempunyai pendapatan Rp. 3 - 5 juta/bulan memiliki persentase yang paling
besar, yaitu sekitar 41%. Rumah tangga dengan pendapatan < Rp. 3 juta/bulan
menempati urutan kedua, yaitu sekitar 40% dan yang merupakan jumlah paling
sedikit adalah rumah tangga dengan pendapatan > Rp. 5 juta/bulan sekitar
19%.
Kalibrasi Model
Kegiatan selanjutnya adalah
menganalisis variabel bebas yang mampu memberikan nilai ekspektasi yang
signifikan. Hasil estimasi parameter model dapat dilihat pada Tabel 4.14. Pada
tabel tersebut dapat juga dilakukan analisis multikolinearitas atau adanya
korelasi yang erat di antara masing-masing variabel bebas. Dari nilai standard
error (S.E.) setiap variabel bebas diketahui bahwa tidak terdapat nilai yang
melebihi 2.0 sehingga dapat dikatakan tidak terdapat persoalan multikolinearitas
(ketergantungan yang kuat antara satu variabel bebas yang satu dengan variabel
yang lainnya) di dalam model tersebut.
Tabel 4.14 Variabel Bebas yang Signifikan
Variabel
|
B
|
Standard Error
|
Sig.
|
Exp(B)
|
JmlAnggotaKel(1)
|
-.824
|
.397
|
.038
|
.439
|
Pekerja(1)
|
-2.531
|
.428
|
.000
|
.080
|
Pelajar(1)
|
-1.200
|
.426
|
.005
|
.301
|
BknPekPel(1)
|
1.200
|
.521
|
.021
|
3.321
|
PerBek(1)
|
-.474
|
.426
|
.266
|
.623
|
PerSek(1)
|
.504
|
.659
|
.444
|
1.656
|
BknPerBekPel(1)
|
.003
|
.870
|
.997
|
1.003
|
Pendapatan(2)
|
.575
|
.467
|
.219
|
1.777
|
Konstan
|
.915
|
.597
|
.126
|
2.496
|
Sumber: Analisis Data (2013)
Dimana:
JmlAnggotaKel(1) :
Jumlah anggota keluarga > 4 orang
Pekerja (1) : Jumlah anggota keluarga yang Bekerja > 2
orang
Pelajar(1) : Jumlah anggota keluarga yang
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 1 orang
BknPekPel(1) :
Jumlah anggota keluarga yang bukan Pekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 1 orang
PerBek(1) : Jumlah perjalanan Bekerja > 4 rit
PerSek(1) : Jumlah perjalanan Sekolah/Pelajar/Mahasiswa
> 2
rit
BknPerPekPel (1) : Jumlah bukan perjalanan Pekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 2 rit
Pendapatan(2) :
Pendapatan rumah tangga per bulan Rp. 3 - 5 juta
Dari Tabel
4.14 terlihat bahwa variabel atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga di sepanjang Koridor Trayek I dan
Trayek II pada tingkat 5% atau dengan kepercayaan 95% adalah jumlah anggota
keluarga > 4 orang, pendapatan rumah tangga per bulan Rp. 3 - 5 juta.
Pengaruh dari masing-masing faktor tersebut dapat dideskripsikan dengan melihat
nilai ekspektasi nilai variabel bebasnya (Exp(B)):
a.
Jumlah
keluarga dengan anggota > 4 orang dibandingkan dengan anggota keluarga ≤ 4
orang, lebih besar 56,1% (0,439-1) kemungkinannya untuk memiliki > 2 unit
sepeda motor. Dengan perkataan lain semakin besar jumlah anggota keluarganya,
maka peluang keluarga memiliki > 2 unit sepeda motor lebih besar.
b.
Jumlah
anggota keluarga yang Bekerja > 2 orang dibandingkan dengan anggota keluarga
yang Bekerja ≤ 2 orang, lebih besar 99,92% (0,080-1) kemungkinannya untuk
memiliki > 2 unit sepeda motor. Dengan perkataan lain semakin besar jumlah
anggota keluarga yang Bekerja, maka peluang memiliki > 2 unit sepeda motor
lebih besar.
c.
Jumlah
anggota keluarga yang Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 1 orang dibandingkan dengan
anggota keluarga yang Sekolah/Pelajar/Mahasiswa ≤ 1 orang, lebih besar 69,9%
(0,301-1) kemungkinannya untuk memiliki > 2 unit sepeda motor. Dengan
perkataan lain semakin besar jumlah anggota keluarga yang
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa, maka peluang memiliki > 2 unit sepeda motor lebih
besar.
d.
Jumlah
anggota keluarga yang bukan Pekerja dan Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 1 orang
dibandingkan dengan anggota keluarga yang bukan Pekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa ≤ 1 orang, lebih besar 3,3 kali lipat kemungkinannya
untuk memiliki > 2 unit sepeda motor. Dengan perkataan lain semakin besar
jumlah anggota keluarga yang bukan Pekerja dan Sekolah/Pelajar/Mahasiswa, maka
peluang memiliki > 2 unit sepeda motor lebih besar.
Dari keempat
variabel yang berpengaruh terhadap kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga
di sepanjang Koridor Trayek I dan Trayek II, dapat di analisis beberapa hal
sebagai berikut:
a.
Jumlah
anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang Bekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa serta jumlah anggota keluarga yang bukan Pekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa yang lebih banyak dapat mempengaruhi kepemilikan
sepeda motor > 2 unit. Jika dikaitkan dengan alternatif moda transportasi
Bus Trans Sarbagita, maka fenomena ini merupakan suatu konsekuensi yang logis.
b.
Akan
tetapi kepemilikan dan penggunaan yang terus meningkat dari sepeda motor
tentunya akan berdampak kepada penambahan kendaraan pribadi di jalan raya yang
selanjutnya berkontribusi kepada permasalahan transportasi seperti kemacetan
dan kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan
Tabel 4.14 maka dapat disusun model kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga
di sepanjang Koridor Trayek I dan Trayek II.
In = 0,915-0,824*JmlAnggotaKel(1)-2,531*Pekerja(1)-
1,200*Pelajar(1)+1,200*BknPekPel(1)-0,474*PerBek(1)+0,504*PerSek(1)+0,003*BknPerBekPel(1)+0,575*Pendapatan(2)
………………………………….… (4.1)
Dimana:
p : Peluang untuk memiliki > 2 unit sepeda
motor
JmlAnggotaKel(1) :
Jumlah anggota keluarga > 4 orang
Pekerja (1) : Jumlah anggota keluarga yang Bekerja > 2
orang
Pelajar(1) : Jumlah anggota keluarga yang
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 1 orang
BknPekPel(1) :
Jumlah anggota keluarga yang bukan Pekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa > 1 orang
PerBek(1) : Jumlah perjalanan Bekerja > 4 rit
PerSek(1) : Jumlah perjalanan Sekolah/Pelajar/Mahasiswa
> 2
rit
BknPerPekPel (1) : Jumlah bukan perjalanan Pekerja dan
Sekolah/Pelajar/Mahasiswa >
2 rit
Pendapatan(2) :
Pendapatan rumah tangga per bulan Rp. 3 - 5 juta
Kategori
PerBek(1), PerSek(1), BknPerBekPel(1) dan Pendapatan(2) tetap diikutsertakan
pada model walaupun mempunyai signifikansi kurang dari 5%. Hal ini karena jika
kategori-kategori tersebut dikeluarkan dari model akan mempengaruhi kelayakan (goodness of fit) dari model secara
keseluruhan.
Validasi Model
Setelah
semua data terkumpul dan masing-masing kategori sudah diberikan variabel dummy,
maka langkah selanjutnya adalah memasukkan semua data tersebut ke dalam kolom “data view” dan “variabel view” di dalam program SPSS version 20. Hasil output SPSS
selanjutnya bisa kita analisa. Print out SPSS dapat dilihat secara lengkap pada
lampiran.
Analisa
penentuan hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas di dalam
model serta kelayakan model di dalam menyatakan hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tidak bebas, dapat dilihat pada Tabel 4.15 yang diperoleh dari
output program SPSS.
Tabel 4.15 Signifikansi Model
|
Chi-square
|
df
|
Sig.
|
Model
|
92.194
|
4
|
.000
|
Sumber:
Hasil Analisis Data (2013)
Pada
Tabel 4.15 terlihat bahwa untuk model kepemilikan sepeda motor mempunyai
peluang Chi-square 92,194 dengan tingkat signifikansi 0,000 atau model
kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga di sepanjang Koridor Trayek I dan
Trayek II mempunyai signifikansi pada tingkat 5%. Ini menunjukkan bahwa model
yang disusun mempunyai hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan
variabel tidak bebasnya.
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi
Model
Step
|
-2 Log
likelihood
|
Cox & Snell
R Square
|
Nagelkerke R
Square
|
1
|
226.550
|
.305
|
.426
|
Sumber:
Hasil Analisis Data (2013)
Mengacu kepada
Washington, et. al. (2003) dijelaskan bahwa pada model pilihan dengan model
logistik, semakin tinggi nilai pseudo R2 (goodness of fit), semakin baik model yang disusun. Akan tetapi hal
ini tidak selalu tepat. O’Donnel dan Cannor (2002) menyatakan bahwa secara
praktis nilai tersebut dapat diabaikan karena untuk model regresi logistik ini
tidak ada nilai baku pseudo R2 yang dapat dijadikan sebagai acuan
kelayakan model. Nilai ini mempunyai batas atas baik secara teoritis dan
empiris yang selalu kurang dari satu. Oleh karena itu, digunakan cara lain
untuk menentukan kelayakan model yaitu dengan uji Hosmer and Lemeshow (H-L
test).
Uji kelayakan
model atau model goodness of fit
dilakukan dengan menggunakan prinsip Hosmer and Lemeshow (H-L test). Jika nilai
uji H-L sama atau kurang dari 5% berarti ada perbedaan yang signifikan antara
model dengan nilai observasinya, dimana kelayakan model tidak baik karena model
dianggap tidak bisa memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer
and Lemeshow’s goodness of fit lebih besar dari 5% berarti model mampu untuk
memprediksi nilai observasinya dengan kepercayaan 95%.
Tabel 4.17 Uji Hosmer-Lemeshow
Step
|
Chi-square
|
df
|
Sig.
|
1
|
10.793
|
6
|
.095
|
Sumber:
Hasil Analisis Data (2013)
Dari Tabel
4.17 terlihat bahwa nilai signifikansi berdasarkan uji Hosmer and Lemeshow
(H-L) 1 adalah 0,095 (>5%), maka model regresi logistik yang disusun bisa
digunakan untuk memprediksi nilai observasi dengan kepercayaan 95%.
Akurasi
klasifikasi model umumnya adalah 25% atau lebih tinggi daripada proporsi data.
Kegunaan analisis akurasi klasifikasi model adalah untuk membandingkan akurasi
model nol (model hanya dengan konstanta tanpa variabel bebas) dengan full model atau model dengan menyertakan
variabel bebas. Proporsi akurasi klasifikasi model dihitung dengan menggunakan
proporsi klasifikasi variabel tidak bebasnya. Akurasi proporsi data dan akurasi
model dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Akurasi Proporsi Data
dan Model
Sumber:
Analisis Data (2013)
Untuk
model proporsi data adalah 0,67592 + 0,32412 = 0,562
(56,2%). Akurasi model dengan regresi logistik (full model) adalah 79,4% dan
lebih besar dari akurasi proporsi data. Oleh karena itu “full model” kepemilikan sepeda motor lebih baik daripada model
nolnya. Dari perbandingan akurasi model terlihat bahwa penambahan variabel
bebas di dalam kedua model yang disusun memberikan hasil yang lebih akurat
dibandingkan dengan model tanpa variabel bebas sehingga dapat dijadikan
prediksi dalam peningkatan kepemilikan kendaraan di masa yang akan datang.
SIMPULAN
Dari
hasil analisis yang dilakukan pada Bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
seperti berikut:
a.
Prosentase
tertinggi pendapatan adalah keluarga dengan pendapatan lebih besar dari Rp
3.000.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- sebesar 40,7%, sedangkan pendapatan
terendah lebih kecil dari Rp 3.000.000,- dengan prosentase sebesar 39,9%,
sementara yang berpenghasilan diatas Rp 5.000.000,- sebesar 19,4%.
b.
Kepemilikan
1 - 2 unit sepeda motor mempunyai prosentase tertinggi yaitu 67,6%, sedangkan
kepemilikan lebih dari 2 unit sepeda motor adalah 32,4%.
c.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil survai dan analisis data yang dilakukan pada Bab
sebelumnya, maka dapat disusun model kepemilikan sepeda motor per KK seperti
Rumus 4.1 di sepanjang Koridor Trayek I dan Trayek II.
In = 0,915-0,824*JmlAnggotaKel(1)-2,531*Pekerja(1)-
1,200*Pelajar(1)+1,200*BknPekPel(1)-0,474*PerBek(1)+0,504*PerSek(1)+0,003*BknPerBekPel(1)+0,575*Pendapatan(2)
.
d.
Probabilitas
dari masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan sepeda motor
dapat dideskripsikan dengan melihat nilai ekspektasi nilai variabel bebasnya
(Exp(B)). Jumlah keluarga dengan anggota > 4 orang dibandingkan dengan
anggota keluarga ≤ 4 orang, lebih besar 56,1% (0,439-1) kemungkinannya untuk
memiliki > 2 unit sepeda motor. Dengan perkataan lain semakin besar jumlah
anggota keluarganya, maka peluang keluarga memiliki > 2 unit sepeda motor
lebih besar.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian
ini dapat dikembangkan lagi dengan menganalisis daerah studi (Koridor Trayek
Trans Sarbagita) lainnya dengan cakupan wilayah yang lebih luas.
2.
Dianjurkan
menggunakan model lain (bukan regresi logistik) agar dapat digunakan sebagai
pembanding di dalam kepemilikan sepeda motor di koridor tersebut dan atau
koridor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anton, L.W.
2002. Statistik Teknik. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Ariyoso.
2009. Regresi Logistik. http://statistik4life.blogspot.com/2009/12/
regresi-logistik.html. Diakses 10 Juli 2013.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. 2011. Bali Dalam Angka 2011. Denpasar: -
Pemerintah Provinsi Bali. 2010. Surat
Keputusan Gubernur Bali No.
1186/03-F/HK/2010 tentang Penetapan
Jaringan Trayek Angkutan Umum Trans Sarbagita. Denpasar: -
Prabnasak,
J., Taylor, M.A.P., Yue, W.L. (2011). An
Investigation of Vehicle Ownership and the Effect of Income and Vehicle
Expenses in Mid-Sized City of Thailand, Journal of the Eastern Asia Society
for Transportation Studies, Vol. 9, 437-451.
Setiawati, E P.
2009. Penyusunan Model. Bandung:
UNPAD
Sudaryono.2012.
Statistika Probablitas – Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET.
Supangat, A. 2010. Statistika –
Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Non-parametrik. Jakarta: Prenada
Media Group.
Wikipedia,
2013c. Peluang (matematika). http://id.wikipedia.org/wiki/Peluang_
%28matematika%29. Diakses 15 Juli 2013.
Maaf pak, boleh saya tau buku O’Donnel dan Cannor (2002) itu judulnya apa ya pak? terimakasih sebelumnya
BalasHapus