ANALISIS
PERENCANAAN FRONTAGE PADA RUAS JALAN
PROF. IDA BAGUS
MANTRA DARI SIMPANG TOH PATI (DENPASAR)–
SIMPANG PANTAI SIUT (GIANYAR)
Ida Bagus
Wirahaji
Program Studi Teknik Sipil FT UNHI
ABSTRAK
Ruas
Jalan Prof. Ida Bagus Mantra termasuk ruas jalan Arteri Primer. Sebagaimana
diatur dalam Pedoman Konstruksi Bangunan, maka ruas jalan ini harus dilengkapi
dengan frontage. Frontage berfungsi untuk memisahkan kendaraan yang melaju dengan
kecepatan tinggi dan kendaraan dengan kecepatan rendah.
Perencanaan
frontage pada ruas Jalan Prof. Ida
Bagus Mantra ini dimulai dengan survey pendahuluan, meliputi survey upah, harga
satuan, dan peralatan; desain geometrik frontage;
topografi, geologi dan geoteknik; hidrologi dan hidraulik; dan survey lalu
jalan eksisting.
Manfaat
frontage yang dibangun pada ruas
jalan ini, diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan serta dapat mengurangi
fatalitas kecelakaan. Frontage
memberikan kenyamanan kepada pengemudi untuk mengemudikan kendaraannya dengan
kecepatan rendah. Demikian juga bagi pengemudi kendaraan yang akan keluar atau
pun masuk ke main road, dapat
menggunakan frontage terlebih dahulu
dengan resiko terjadinya kecelakaan yang kecil.
Kata
Kunci: Frontage, Data Awal Perencanaan, Efektifitas Manfaatnya.
LATAR BELAKANG
Ruas jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra,
merupakan salah satu ruas Jalan Nasional di Bali, yang memiliki fungsi
strategis dalam menghubungkan lalu lintas antar provinsi di Indonesia khususnya
antara Jawa dan Nusa Tenggara. Ruas jalan ini mempunyai jarak total sepanjang 22
Kilometer, dengan STA Awal dimulai dari Simpang Tohpati dan berakhir di Simpang
Kusamba. Lebar pembebasan lahan rata-rata 40 meter, dibangun 2 jalur. Sampai
saat ini jalur kanan (dari Simpang Tohpati ke arah Kusamba) tinggal menunggu
penyelesaian tahap akhir proyek Pembangunan Jembatan Baru Duplikasi Jembatan
Tukad Unda, untuk tahun anggaran 2014.
Lalu lintas kendaraan yang bergerak di
ruas Jalan Bypass Prof. Ida Bagus Mantra, terdiri dari berbagai jenis
kendaraan, mulai dari kendaraan ringan sampai kendaraan berat. Kecepatan
tiap-tiap kendaraanpun beragam, dari kecepatan rendah sampai dengan kecepatan
tinggi. Demikian juga tipe perjalanan, ada yang melakukan perjalanan jarak
jauh, juga ada perjalanan lokal. Untuk mengakomodasi lalu lintas dari berbagai
jenis berat, kecepatan kendaraan, dan tipe perjalanan tersebut tidak mungkin
dalam satu lajur jalan. Kendaraan ringan yang umumnya terdiri dari kendaraaan
pribadi dengan kecepatan rata-rata lebih tinggi dari pada kendaraan berat,
seperti truk, akan merasa terganggu atau merasa tidak nyaman harus membuntuti
dari belakang dengan kecepatan rendah.
Dalam tipe lalu lintas mix traffic, juga akan rentan terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan yang berakibat fatal seringkali dialami oleh
pengendara sepeda motor. Sebab sepeda motor merupakan moda yang sangat minim
proteksi terhadap pemakainya. Data kecelakaan tahun 2013 yang terjadi di ruas
Jalan Prof Ida Bagus Mantra yang termasuk wilayah hukum Kabupaten Gianyar dan
Kabupaten Klungkung menunjukkan peningkatan. Kepolisian Resort Gianyar dan
Klungkung menunjuk bahwa sebagian besar kecelakaan di daerah kewenangannya terjadi
di ruas Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra (Bali Post, 2013).
Banyaknya jumlah korban mati dan
luka-luka menyebabkan permasalahan kecelakaan berkendaraan di jalan tidak dapat
diabaikan begitu saja. Dimana, biaya kecelakaan jalan dapat merupakan bagian
substansial dari biaya total jalan untuk kehidupan perekonomian dari suatu
proyek bila persoalan yang signifikan dibangun di dalam jalan (Tjahjono dan
Subagio, 2011). Aplikasi Audit Keselamatan Jalan (RSA) pada berbagai tahap
dalam proses perencanaan, desain, konstruksi, dan operasi dapat menghilangkan
banyak situasi yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan (Ditjen Perhubungan
Darat, 2002).
Oleh sebab itu, dalam usaha memberi
pelayanan yang terbaik untuk berbagai kepentingan dari pengguna jalan dan untuk
meningkatkan kinerja jalan nasional, maka Direktorat Jenderal Bina Marga
melalui Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Bali
melakukan perencanaan tentang pembangunan frontage
pada jalur Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra jalur Tohpati – Kusamba, pada
segmen Simpang Toh Pati sampai dengan Simpang Pantai Siut. Dalam hal ini, jalur
frontage melalui daerah Kota Denpasar
dan Kabupaten Gianyar.
RUMUSAN MASALAH
Dalam perencanaan frontage, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum tahapan
konstruksi. Daerah pada Ruas Jalan By Pass Prof Ida Bagus Mantra memiliki
karakteristik yang berbeda dengan daerah lainnya. Sehingga beberapa pertanyaan
atau masalah yang perlu dirumuskan:
a.
Data
awal apa saja yang diperlukan dalam perencanaan frontage pada Ruas Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra?
b.
Bagaimanakah
efektifitas manfaat pembangunan frontage
road pada ruas jalan tersebut untuk ke depannya?
BATASAN MASALAH
Untuk mencegah pembahasan yang meluas
keluar dari rumusan permasalahan, maka diperlukan batasan masalah, yaitu:
a.
Ruas
kajian adalah Ruas Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra, dari Simpang Tohpati sampai
dengan Simpang Pantai Siut.
b.
Mengkaji
data awal yang diperlukan sebagai pedoman melakukan survey pendahuluan atau reconnaissance survey.
c.
Membahas
efektifitas fungsional jalur frontage tersebut, untuk masa waktu sekarang dan
akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Frontage Road
Frontage Road adalah jalur jalan yang dibangun
pararel pada Jalan Arteri Primer untuk kecepatan lebih lambat. Frontage adalah sebuah jalan depan,
disebut juga akses jalan, jalan layanan, atau jalan pararel, merupakan jalan lokal
yang difungsikan untuk menyediakan akses ke jalan masuk pribadi, toko-toko,
rumah, industri atau pertanian (Wikipedia, 2014).
Jalan Frontage
menyediakan akses ke rumah dan bisnis yang akan dipotong oleh jalan akses
terbatas dan menghubungkan lokasi tersebut dengan jalan yang memiliki akses
langsung ke jalan utama. Jalan Frontage
memberikan akses langsung untuk berbatasan properti sepanjang jalan bebas hambatan, baik mencegah komersial gangguan dari daerah perkotaan bahwa jalur pergerakan bebas hambatan atau
memungkinkan pengembangan komersial berbatasan properti.
Jalan Arteri Primer
Jalan
Arteri Primer menghubungkan secara efisien antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
atau antara Pusat Kegiatan Nasional dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), serta
menghubungkan Pusat Kegiatan Nasional dengan kota lain di negara tetangga yang
berbatasan langsung (PP No. 34/2006).
Karakteristik Jalan Arteri Primer adalah
sebagai berikut (Poernomosidhi, 2004):
a.
Jalan
arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam,
dengan lebar badan jalan sedikitnya 11 meter.
b.
Lebar
Daerah Manfaat jalan minimal 11 meter.
c.
Jumlah
jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung
minimal 500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling luas lahan
harus di atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk rumah.
d.
Persimpangan
pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan
volume lalu lintas dan karakteristiknya;
e.
Harus
mempunya perlengkapan jalanyang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu
lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;
f.
Jalur
khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya;
g.
Jalan
arteri primer mempunyai 4 lajur atau lebih dan seharusnya dilengkapi dengan
median (sesuai dengan ketentuan geometrik);
h.
Apabila
persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka
pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor
(sepeda, becak dan lain-lain)
Untuk kecepatan rencana (Vr) jalan
arteri primer di kawasan perkotaan adalah dalam interval 50 sd 100 km/jam,
seperti ditunjukkan dalam Tabel 01. Sedangkan panjang dan lebar maksimum
kendaraan serta muatan sumbu terberat ditunjukkan pada Tabel 02.
Tabel 01 Kecepatan Rencana (Vr) sesuai klasifikasi
jalan di kawasan perkotaan
Sumber: RSNI T-14-2004
Tabel 02 Klasifikasi Jalan
Sumber: RSNI T-14-2004
ANALISIS
Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey mesti dilakukan
pada awal pekerjaan di lokasi yang akan direncanakan pembangunan frontage. Tujuan survey ini untuk
memperoleh data awal sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan
bahan pekerjaan selanjutnya. Survey pendahuluan antara lain menyangkut:
1.
Survey
tentang upah, harga satuan, dan peralatan
2.
Survey
tentang desain geometrik frontage
3.
Survey
topografi
4.
Survey
geologi dan geoteknik
5.
Survey
hidrologi dan hidraulik
6.
Survey
lalu lintas
7.
Survey
perkerasan jalan eksisting
Survey
Upah, Harga Satuan, dan Peralatan
Untuk mendapatkan upah, harga satuan,
dan peralatan yang baik dapat diperoleh melalui:
a.
Daftar
harga yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat.
b.
Daftar
harga yang dikeluarkan instansi tertentu.
c.
Jurnal-jurnal
harga bahan dan upah.
d.
Daftar
harga dari Bapenas.
e.
Survey
harga di lokasi proyek.
Dalam melakukan survey terhadap sumber
material, disarankan mengunakan material yang terdekat dari lokasi proyek.
Sumber-sumber material yang ada di Bali ditgunjukkan pada Gambar 01. Namun
apabila material yang terdekat propertiesnya tidak memenuhi syarat, maka dapat
digunakan material lainnya.
Survey
Desain Geometrik
Kegiatan survey meliputi penentuan stasioning
awal proyek (STA 0+00) dan akhir proyek dengan mengambil data sejauh 200 m
sebelum dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan. Stasioning yang tepat agar
mendapatkan overlaping yang baik dan memenuhi syarat geometrik. Medan eksisting
diidentifikasi secara stasioning/urutan jarak dengan mengelompokkan kondisi:
meda datar, rolling, perbukitan, pegunungan dalam bentuk tabelaris.
Secara geometrik, seperti halnya pada
jalan, maka perencanaan frontage road dibagi menjadi 2 (dua) bagian,
perencanaan alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal. Di dalam penarikan
desain alinyemen horizontal dan vertikal harus sudah diperhitungkan dengan
cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi seperti:
galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong dan jembatan (oprit
jembatan), persimpangan yang bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa-sketsa serta
tabelaris di lapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara stasioning dari
awal sampa dengan akhir proyek.
Survey
Topografi
Tujuan pengukuran topografi dalam
pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah
area rencana trase frontage road. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta
pemasangan patok betn (Bench Mark)
dan akhir proyek dengan Global Positioning System (GPS Portable). Mengamati
kondisi topografi, mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus
serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.
Survey
Geologi dan Geoteknik
Survey kondisi tanah dasar meliputi
penyelidikan tanah dalam pekerjaan ini, yaitu untuk menentukan jenis dan
karakteristik tanah yang akan difungsikan sebagai sugrade frontage road, serta mengidentifikasi sumber bahan termasuk
perkiraan kuantitasnya. Memberikan rekomendasi kepada Highway Engineer berkaitan dengan rencana trase jalan yang akan
dipilih.
Lingkup kegiatan penyelidikan kondisi
tanah dasar meliputi 2 (dua) hal, yaitu:
a.
Sondir
(Pneutrometer Static), untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah keras berdasarkantanahan ujung konus dan
daya lekat tanah pada setiap kedalaman.
b.
Pengambilan
Sampel Tanah, yang akan dibawa ke laboratorium mekanika tanah untuk dicari
nilai-nilai karakteristiknya, seperti berat jenis, indeks palstisitas, analisis
saringan, kepadatan standar (untuk tanah halus) dan nilai CBRnya.
Gambar 01 Identifikasi sumber material yang akan
digunakan
Sumber: Veygasi Disain (2014)
Survey
Hidrologi dan Hidarolika
Survey hidrologi dan hidrolika yang
dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data hidrologi dan
karakter atau prilaku air pada bangunan air yang ada di sekitar frontage road. Analisis hidrologi
diperlukan untuk penentuan debit bajjir, rencana (elevasi muka air banjir),
perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan, rivertraining (pengarah arus) yang
diperlukan.
Survey
Lalu Lintas
Untuk mendapatkan informasi besaran arus
lalu lintas perlu dilakukan survey untuk mendapatkan data yang representatif
mengenai besaran arus lalu lintas. Besaran arus lalu lintas dipengaruhi oleh
waktu, musim (musim hujan atau musim kemarau ataupun musim hari-hari besar keagamaan),
hari pelaksanaan survei(hari pasar), pusat kegiatan, perumahan ataupun pada
daerah wisata dan berbagai faktor lainnya; jenis kendaraan yang berlalu lintas
(klasifikasi kendaraan
Data mengenai lalu lintas pada Ruas
Jalan Prof Ida Bagus Mantra diperlukan untuk perencanaan frontage road. Metode survey ditetapkan sesuai dengan tujuan
survey, dana, dan peralatan atau perlengkapan yang tersedia. Standar
pengambilan dan perhitungan data harus mengacu pada buku Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997).
Untuk mendapatkan informasi mengenai
karakteristik lalu lintas pada ruas ini, survey dkelompokkan menjadi:
a.
Survei
Inventarisasi, seperti sarana dan prasarana, perlengkapan lalu lintas, dan
fasilitas angkutan umum.
b.
Survey
untuk kerja, seperti volume lalu lintas, kecepatan, dan aksesibilitas parkir.
Survey
Pekerasan Jalan Eksisting
Pada umumnya pembuatan alan menempuh
jarak beberapa kilometer dengan kondisi medan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu
jenis konstruksi perkerasan harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap tempat
atau daerah yang akan dibangun jalan (frontage)
tersebut. Khususnya mengenai bahan material yang akan digunakan diupayakan
mudah didapat di sekitar trase jalan yang akan dibangun, sehingga biaya
pembangnan dapat ditekan.
Survey perkerasan jalan bertujuan untuk
mengetahui nilai struktural yang sudah ada. Untuk perkerasan aspal yang masih
utuh, pengukuran nilai sisa perkerasan dilakukan dengan mengukur lendutan balik
dengan alat Benkelmen Beam. Untuk perkerasan aspal yang sudah rusak atau jalan
kerikil/tanah, nilai struktural didapat dengan mengukur CBR tanah dengan Dynamic Cone Penetration (DCP) atau
loading test (CBR lapangan).
Kinerja perkerasan jalan akan menurun
seiring dengan bertambahnya umur jalan. Bobot penurunan tingkat pelayanan perkerasan
jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas material campuran
aspal, kondisi instalasi pencampur aspal (AMP), kualitas pelaksanaan. Pengaruh
tersebut signifikan terhadap penurunan tingkat pelayanan jalan setelah jalan
tersebut dibuka.
Kondisi jalan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a.
Baik
(good), yaitu kondisi perkerasan
jalan yang bebas dari kerusakan atau cacat dan hanya membutuhkan pemeliharaan
rutin untuk mempertahankan kondisi jalan.
b.
Sedang
(fair), yaitu kondisi perkerasan
jalan yang memiliki kerusakan cukup signifikan dan membutuhkan pelapisan ulang
dan perkuatan.
c.
Buruk
(poor), yaitu kondisi perkerasan
jalan yang memiliki kerusakan yang seudah meluas dan membuuhkan rehabilitasi
dan pembangunan kembali dengan segera.
Gambar 02 Terdapat bahu jalan yang belum diperkeras
masih berupa eksisting tanah.
Sumber: Veygasi Disain (2014)
Manfaat
Pembangunan Frontage Road
Pembangunan prasarana jalan merupakan
prasarana umum yang akan digunakan oleh masyarakat. Khusus untuk frontage,
pihak terkait harus melakukan sosialisasi terhadap fungsi dari frontage itu sendiri. Bagi masyarakat
sekitar, mungkin masih banyak yang belum tahu tentang maksud, tujuan dan
kegunaan jalur frontage itu sendiri. Oleh sebab itu sosialisi cukup dilakukan
terhadap masyarakat setempat, karena jalur frontage diperutukan masyarakat lokal,
ataupun untuk jalur lambat. Sosialisasi dapat dilakukan melalui penerangan ke
banjar-banjar, ke kantor desa, atau melalui selebaran yang ditempael di
tempat-tempat strategis.
Gambar 03 Frontage yang sudah dibuat di STA 1+000 sd
1+250 dan STA 2+020 sd 2+450 dengan pemisah kerb di sebelah dalam dan trotoar
di sebelah luar.
Sumber: Veygasi Disain (2014)
Pembuatan frontage road juga sangat efektif dapat mengurangi angka kecelakaan
dan menurunkan tingkat fatalitas kecelakaan. Jika jalan sudah dipecah, maka
terjadi pemisahan kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi dan kendaraan
yang melaju dengan kecepatan rendah. Kendaraan yang melaju dengan kecepatan
rendah umumnya bangkitan dan tarikan perjalanan berasal penduduk lokal
setempat.
Pembuatan fasilitas frontage road sebetulnya lebih banyak permasahannya di lapangan,
yang menjadi persoalan yang utama adalah masalah pengaturan. Bahwa perencanaan
frontage membutuhkan koordinasi lintas sektoral, seperti dengan Dinas
Perhubungan, pihak kepolisan, terdekat dalam hal ini Kepala Kepolisian Sektor
Di Denpasar Timur dan kepala kepolisian di bawah wewenang kepolisan Resort
Kabupaten Gianyar. Juga tidak dapat ditinggalkan adalah penduduk atau
masyarakat setempat melalui kepala dusun, kepala desa, dan tokoh-tokoh masyarakat
di jalur frontage yang akan dibangun.
Dari segi struktur lapis perkerasan
jalan, pembuatan frontage road
diharuskan mengikuti ketentuan atau persyaratan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga melalui SK Dirjen tahun 2013, yang menyatakan
bahwa umur layanan lapis perkerasan lentur untuk lapis aus dan lapis antara
adalah minimal selama 20 tahun. Sedangkan, umur layanan lapis perkerasan
pondasi (campuran beraspal) adalah minimal 40 tahun. Untuk mewujudkan SK Dirjen
Bina Marga 2013 tersebut, pelaksanaan proyek mesti diperketat mulai dari
pemilihan material agregat, dan aspal sebagai bahan penyususun campuran aspal
panas. Dengan memakai material yang memenuhi persyaratan, didukung oleh job mix formula (JMF) yang tepat dan
proses pelaksanaan yang tidak menyimpang dari spesifikasi, maka SK Dirjen Bina
Marga 2013 akan dapat terpenuhi.
Dalam pembuatan trotoar untuk pejalan
kaki, diperhatikan persyaratan minimal lebar trotoar, sehingga pejalan kaki
merasa nyaman di jalurnya. Trotoar yang baik, sesuai dengan badan jalan, tidak
mau mengikuti dan menyesuai jalan akses rumah-rumah pribadi. Sebetulnya,
trotoar yag dibuat mengkuti jalan akses rumah pribadi sehingga trotoar menjadi
naik turun, itu menyalahi aturan. Secara hukum kedudukan atau status trotoar
dengan badan jalan sama, sama-sama fasilitas umum milik pemerintah. Dalam
mendisain trotoarpun sebaiknya mengikuti kearifan lokal di Bali. Trotoar dapat
dapat menunjukkan unsur seni dan budaya lokal, tanpa harus kehilangan
fungsinya, dan tanpa mengurangi kenyamanan para pejalan kaki. Trotoar yang
didesain dengan motif seni budaya Bali, setidaknya dapat menunjang usaha untuk
melestarikan budaya Bali.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari analisis di atas ada beberapa hal
yang dapat diberi simpulan dan saran, sebagai berikut:
1.
Frontage pada ruas jalan
Prof. Ida Bagus Mantra, memang diperlukan untuk keselamatan berlalu lintas.
Ruas jalan dengan tipe mix traffic
akan sangat rentan terjadi kecelakaan.
2.
Sepanjang
ruas jalan Prof. Ida Bagus Mantra ini, merupakan area yang berkembang pesat,
dimana perubahan tata guna lahan yang cepat, akan mengubah pula pola arus lalu
lintas pada jalan tersebut.
3.
Dalam
merencanakan frontage, survey
pendahuluan memegang peran penting. Kesalahan dalam mengambil data yang
diperlukan akan menghasilkan perencanaan yang tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan.
4.
Frontage harus
dilengkapi dengan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan. Bangunan pelengkap
diperlukan untuk mengamankan perkerasan jalan. Sedangkan perlengkapanjalan
diperlukan untuk memberi kenyamanan pemakai jalan.
5.
Dengan
adanya frontage, diharapkan pengemudi dapat memilih jalurnya yang tepat sesuai
dengan kecepatan kendaraannya, sehingga tidak mengganggu kendaraan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Standarisasi Nasional (BSN). 2004. RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan. Jakarta: Dirjen Bina Marga.
Bali
Post. 2013. Meningkat Korban Tewas
Sia-sia di Jalan I.B. Mantra. Berita Koran. Denpasar.
Direktorat
Jenderal (Ditjen) Perhubungan Darat. 2002. Audit
Keselamatan Jalan (Road Safety Audit).
Bogor: Departemen Perhubungan.
Direktorat
Jenderal Bina Marga. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Peraturan
Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Poernomosidhi,
dkk. 2004. Kriteria Pemanfaatan Ruang dan
Pengendalian pemanfaatan Ruang di Sepanjang Jalan Arteri Primer Antar Kota.
Pedoman Konstruksi dan Bangunan. Pd S-01-2004-B. Jakarta: Departemen Pemukiman
dan Prasarana Wilayah.
Satker
P2JN Provinsi Bali. 2014. Kerangka Acuan
Kerja Pengadaan Jasa Konstruksi – Pekerjaan Paket 14 Perencanaan Teknik
Frontage Sp. Tohkati-Sp. Pantai Siut. Denpasar: Kementrian Pekerjaan Umum
Provinsi Bali.
Tjahyono,
Tri dan Indaryati Subagio. 2011. Analisis
Keselamatan Lalju Lintas Jalan. Bandung: Lubuk Agung.
Veygasi
Disain, CV. 2014. Presentasi Laporan
Pendahuluan Paket 14 Perencanaan Teknik Frontage Sp. Tohpati sd Sp. Pantai
Siut. Denpasar: -